JADI KAPAN MENGURUS KARSU?
Sabtu, 23 Safar 1432 H
Setelah mengajar siswaku yang 13 orang di kelas 3 (yang lain entah ada masalah apa; agak enjel), saya langsung ke ruang guru. Kebetulan guru-guru sedang membahas jadwal dan sk pembagian tugas. Setelah beberapa saat, sampailah pada apa yang disebut pembahasan mengarah ke arah lain. Beberapa istilah aneh muncul. Otomatis saya sama bu dewi (seorang guru yang juga baru terangkat bersama saya) hanya saling berpandangan aneh dan penuh tanda Tanya dengan istilah-istilah yang muncul. Mulai dari DUPAG, dll yang saya sendiri pun lupa ISTILAH apa lagi yang mereka sebut saking anehnya. Setiap istilah aneh yang muncul, kami langsung saling melempar pandang (hem, seandainya kami tidak pernah latihan fisik selama beberapa hari ini; hem niscaya lempar pandang tadi bisa menimbulkan kesakitan; he he he) sebelum lanjut; beberapa hari ini, jalan pematang di pasang pagar. Dan bukan Cuma satu, malah rintangannya ada dua. Hem, jadi, kami harus hati-hati dan pake acara angkat-angkat jubah, rok pada saat lewat pagar. Sekitar satu meter tingginya mungkin. Kata Bu Sulasni; ini latihan militer. He he he.
Muncullah istilah baru yang disebut karsu. Kebetulan istilah ini betul-betul aneh dan belum pernah terdengar sehurufpun rasanya. Saking penasarannya, Bu Dewi pun “apa itu Karsu Bunda?”. Bu Nur Asia yang ditanya “ah kalian belum pi itu”. Katanya dengan nada mengabaikan. Otomatis saya dan Bu Dewi malah semakin penasaran. “Apa itu karsu bunda?” ucap kami hampir pada detik yang bersamaan. Karsu itu kartu suami, kalian belum pi itu. Me and Bu Dewi: he he he he. Setelah itu mereka berbincang lagi. Kalau JPG kapan diurus? Kalo Karpeg kapan? Kalo angka kredit kapan ada….bla bla bla dengan penjelasan yang panjang lebar serta luas dan sedikit kumengerti. Karena judulnya berkaitan dengan ‘kapan diurus’ maka otak kritis dan penuh analisaku serta ingatan kuatku pun muncul. Ah tadi kan disebut-sebut karsu. Mungkin mereka lupa menanyakan yang satu ini. Terlewatkan sepertinya. Lalu sayapun juga mempertanyakan ‘karsu’ karena tinggal karsu rasanya yang belum diketahui kapan diurus. Me: Pak Halizi, jadi karsu diurus kapan? nanti pi sudah 100% Pak? KATAKU DENGAN PENUH KEINGINTAHUAN DAN SEMANGAD 45. Pak Halizi dan bu Nur Asia : he he he he, aduh, itu nanti pi sudah punya suami.
Me:SILENT MODE:ON PLUS MALU MODE:ON
Pak Halizi malah sempat ngakak.
He he he, pintarku mi di?
(SEPERTINYA OTAKKU LUPA MEM BOLD, MENG UNDERLINE, DAN MENG ITALIC KATA KARSU BESERTA KEPANJANGANNYA)
ME dan Bu Dewi: he he he he
Me inside: kenapa bisa ada pertanyaan sepintar itu?
Sebenarnya pertanyaan yang paling bagus seharusnya yang saya tanyakan adalah: jadi kapan saya dan bu Dewi menikah?
He he he he he
Kidding,
0 Comments