Belajar Motor
04 Oktober
2015. Menguasai tekhnik berkendara di zaman sekarang sudah hampir mencapai
garis keharusan. Bagaimana tidak, mau jalan panas, lebih terasa capeknya, beda
saja sih saya rasa dulu sewaktu saya masih sekolah dengan sekarang sudah
mengajar di sekolah. Ditambah jarak yang seakan semakin menjauh kalau dijangkau
dengan kaki.
Trus lagi
supporting eventnya, sekarang memiliki motor bukanlah lagi item mewah. Beda
dong sama dulu. Malah sekarang mobil hampir bertebaran di rumah-rumah. Hampir.
Tapi kok rasanya hidup bukan lebih baik? Maksudnya? Yah, kejahatan juga
berbanding lurus. Sudah. Cukup yang mau dibahas bukan itu. Hehehe…
Ok, back to
my topic. Sudah seminggu ini saya belajar motor. Yah, tuntutan hidup. Panas,
capek, mau diantar terus juga, malah menyusahkan suami dan atau bapak saya.
Alhasil, pekerjaan mereka dan atau kegiatan yang sedang mereka tekuni jadi
pause gara-gara saya.
Ini halaman rumah; tempat saya latihan. Medannya tidak mulus, tapi I did it |
Jadilah mulai
minggu lalu saya belajar di lapangan sepak bola Raha, Kabupaten Muna, Sultra. Namanya Lapangan
Paelangkuta. Kemampuan saya saat itu, saya mau menstater, memasukkan gigi, dan belajar maju lebih kurang 1/4 meter dengan kaki harap-harap cemas menggantung sebagai tongkat kesetimbangan. Setelah itu, saya berlatih di halaman rumah beberapa hari. Meskipun awalnya, saya merasa ini mission impossible dalam arti
yang sesungguhnya. Takut saya. Saya jujur, lebih suka mau naik kuda. Tapi … kan
gak lucu saya berhenti di Wua-Wua Jaya nunggu lampu hijau dengan kuda (ini
pernah saya bayangkan lho waktu tinggal di Kendari. Saking takutnya sama
motor).
Bahkan waktu
saya di Bombana, saya sampai berucap lebih baik di suru bikin karya ilmiah atau
PTK 10 dibanding belajar motor. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya
terhadap motor?
Ok… lanjut…
Lapangan GOR Baru dari Seberang Jalan |
Lapangan GOR Baru dari Dekat |
Motor yang Saya Pakai Belajar |
Tadi pagi
sampai jam 11, saya sudah mulai putar-putar lapangan GOR-Gedung Olahraga
(lapangan baru yang letaknya dekat Pertamina by pass). Awalnya, mau ke Lapangan
Paelangkuta. Tapi, ternyata disana banyak anak main sepak bola. Saya urung dan
Bapak menyarankan ke GOR baru. Jadilah saya sukses berputar-putar dan latihan
ganti gigi 1 sampai 4 (tapi kalau mau ganti saya berhenti dulu, hehe).
Saya juga sudah mulai terbiasa dengan menaruh kaki di sadel. Ini baru tadi saya bisa. sebelumnya, kaki saya menggantung, alasannya, sebagai bantuan keseimbangan kalau saya harus berhenti. And then, sekarang… saya bisa. malah kalau menggantung kaki capek. Enakan dinaikin di sadelnya. Menyenangkan yah kalau semua berjalan mulus.
Saya juga sudah mulai terbiasa dengan menaruh kaki di sadel. Ini baru tadi saya bisa. sebelumnya, kaki saya menggantung, alasannya, sebagai bantuan keseimbangan kalau saya harus berhenti. And then, sekarang… saya bisa. malah kalau menggantung kaki capek. Enakan dinaikin di sadelnya. Menyenangkan yah kalau semua berjalan mulus.
Dimenit dan
puluhan menit pertama, saya menggunakan kecepatan dibawah 20 km/jam. Mungkin 10
atau seputar itu. Setelah itu, saya mulai membiasakan diri dengan 20 km/jam.
Saya belum berani terlalu lebih dari itu. Masih agak takut sama mesin berkuda
ini.
Menurut saya
ini kemajuan yang sangat gemilang. Meski di mata pelatih saya (aka bapak saya)
kemajuan saya tidak cepat. Ah, yang penting saya bisa begini, it is totally a
new me.
Pagi ini di
penanggalan 05 Oktober 2015, saya kembali melakukan aktifitas belajar motor di
GOR yang baru. Di tempat yang kemarin. Hafshoh; anak saya bermain di tempat
yang terlindungi. Dia bahkan lebih suka disini daripada di rumah. Disini banyak
yang mau dia eksplore. Banyak permainan (baca: sedotan, sendok plastic,
penutup botol, dan semuanya bekas pakai, hihihi, pulang rumah harus direndam
nih anak).
Hafshoh sibuk bermain |
Hari ini
kemajuan saya sudah sampai di mampu mengganti gigi tanpa harus menghentikan
motor. Peningkatan lainnya adalah, saya mulai bisa menggunakan rem kaki. Nice.
Dipublish 05
Oktober 2015.
6 Comments
Saya sampai saat ini belum bisa ngendarai motor Mbak, pernah belajar cuma sesaat doang
ReplyDeleteWah keren! Tetep semangat mak. Aku udah kapok naik motor karena ada pengalaman buruk :(
ReplyDeletesemangat ya bunda, akujuga baru bisa naik motor setelah luluskuliah, kalau setiap kali nyebrang aku turun dari motor dan motor aku dorong aja nyebrang jalan kalo ditanya orang kenapa motornya kubilang aja mogok padahal takut nyebrang...hehehe...sampai disebrang motor kunyalain lagi sekarang kalo sakit dibawa naik motor bisa sembuh, hamil 9 bulan saja aku masih naik motor...
ReplyDeleteyg semangat mak titis
Delete@ekalagi, bias muncul lg gak yah?
trimakasih saran n motivasinya ya bunda2
saya kok g bias reply yah..maklum template baru mak...
rencanaya juga gitu bunda misfah. ntar klo dah berani ke jalan, mw berhenti2 kayak emak misfah
Aku malah gak dibolehin belajar naik motor ataupun mobil >.< katanya jalan saja jatuh, apalagi bawa kendaraan u.u
ReplyDeletehehe, bisa aj mbak dweedy
Delete