Asap di Kotaku
Minggu, 08 November 2015. Tulisan ini sejak akhir Oktober lalu terbentuk. Baru sempat di publish hari ini. Maklum, baru ada lagi kuota internetan. Hehehe ... Maaf yah, agak telat. Semoga bisa tetap membawa faedah bagi pembaca.
Lambiku, 29 Oktober 2015. Beberapa hari ini, Raha (perjelas: Ibukota Kabupaten Muna) semakin panas. Saya juga kena batuk-batuk. Lho? Terus kaitannya apa?
Seingatku, tahun sebelumnya, asap
juga menyelimuti langit Sumatera dan Kalimantan. Tapi gak pernah separah ini,
sampai Sulawesi jadi ikut-ikutan memiliki langit yang hampir sama. Kalau ini
sebuah teguran. Kita manusia wajib mengoreksi diri.
Lambiku, 29 Oktober 2015. Beberapa hari ini, Raha (perjelas: Ibukota Kabupaten Muna) semakin panas. Saya juga kena batuk-batuk. Lho? Terus kaitannya apa?
Mari, lanjut dulu baru final
intonationnya akan bernada titik.
Me: Kayaknya asap sudah masuk Raha
(Ini percakapan 3 hari lalu)
Zauji: Iya. Langit berkabut.
Me: Saya sudah batuk-batuk mi,
gangguan tenggorokan.
Zauji: ha? (seperti biasa, dia kaget
dengan cara pandang dan opini saya. Hehehe)
Tapi, betul lho! Biru langit sudah
mulai memudar. Kata orang yang paham edit-edit gambar, itu blur motion, opacity
50% (ini saya dapat dari hasil membaca tulisan Bang Arham Rasyid di status
Facebooknya). Saya mah mana tahu frasa itu. Saya hanya mencoba menebak secara
kontekstual. Saya langsung tembak. Pasti maksudnya Langit mulai meng-abu-abu.
Selain itu, suhu bumi juga terasa
naik. Ini bukan saya saja yang rasa. Bapak saya juga. Ini saja saya nulisnya
sambil berasa ada di dekat api. Panas.
Saya menulis sembari menengok langit.
Kalau tidak salah ingat, beberapa hari lalu abu-abunya terlihat jelas. Sekarang,
sudah mulai menuju ke biru muda dengan tingkatan biru yang belum begitu kuat. Semoga
ini pertanda baik. Bukankah di beberapa daerah yang terindikasi kuat memiliki
titik api, sudah mulai diberi hujan oleh Allah?
Yah … Semoga saja ini awal dari kebaikan-kebaikan yang akan segera menyusul.
Mungkin kita kurang beribadah?
Bisa jadi.
Mungkin juga kita kurang menanam
pohon?
Bisa juga.
Mungkin kita terlalu asyik membangun
gedung sehingga lupa dengan tanah yang butuh pohon untuk menjaga airnya?
Mungkin kita terlalu senang sampai
lupa, manusia juga butuh pohon untuk meng-oksigenkan CO2 yang dihasilkan
berbagai sumber.
14 Comments
psotingan yang bermanfaat
ReplyDeleteTrimakasih...
Deletesemoga problem kabut asap di negeri tercinta ini segera usai ya mbak...kasihan sama anak-anak kecil yang terkena resiko dampak asap ini
ReplyDeleteBetul mbak .... Saya gak habis sedihnya mikir saudara2 kita disana ... makasih dah mampir
Deletedi bau-bau juga panasnya poll-pollan mbak :(
ReplyDeletesemoga secepatnya turun hujan, amin..
Aamiiiiin..
Deleteiya mbak... sampai saat ini masih nihil hujannya... Semoga cepat
Mari bersama-sama menanam pohon untuk kelangsungan hidup anak-cucu kita :)
ReplyDeleteiya... Sepakat
Deletehutan yang terbakar harus di tanah kembali. kalau tidak, kita sendiri yang rugi
ReplyDeleteIni yg betul. Kalau kita tdk peduli. Siapa lagi?
DeleteUdah turun hujan belum di sana Mbak?
ReplyDeleteSemoga kabut asap cepat menghilang...
Aminnnn :D
Belum mbak ...
DeleteIya, semoga cepat pulih lingkungan kita
bukannya menanap pohon tapi justru menebang, ditambah pembangungan gedung2 baru :(
ReplyDeletesemoga kelas turun hujan ya Mak, biar langitnya gak blur motion lagi
Betul mbak ... pelajaran sekolah ttg reboisasi seolah hanya teori sj bagi beberapa org... Semoga ya mbak ...
Delete