Ngeblog Karena Rasa
Hai blog… engkau salah satu tempat
saya menyimpan banyak hal. Blog … Awalnya saya mencoba memilikimu karena ingin menuangkan
berbagai isi kepalaku di wadahmu. Meski setelah saya kilas balik, tidak semua
bisa saya taruh. Saya suka menulis blog. Tetapi, saya juga masih punya masalah
dibagian penyalurannya.
Dan, saya suka juga kalau tulisan
saya dibaca orang (meskipun ini hanya tujuan sampingan). Tujuan sampingan lain,
saya juga senang kalau kelak seperti abang Arham Rasyid yang membukukan tulisan
blog nya. Tapi, tentu saja ini tidak mudah. Kan?
#
Kalau ditanya apa yang ingin saya
dapat dari ngeblog? Bagi saya, menulis adalah soal rasa. Menulis mampu
membekukan kejadian , mengingatkan masa yang terlupa, membuka jendela yang
tertutup, dan menulis itu, kebebasan. Engkau bebas menulis tanpa kuatir disela.
Engkau bebas mengeluh tanpa merasa direndahkan.
Pun, saya senang membaca tulisan saya
di blog saya sendiri. Entahlah, ini semacam kesenangan yang kemudian saya
kadang kaget; “Ini saya yang tulis? Kok bisa bagus?” Tak jarang ada juga sih
tulisan yang; “Wah! ini, sedikit memalukan, perlu direvisi nih”. Hehehe
Saya juga menjadi tau, melalui
blog kita bisa mengikuti berbagai lomba . Ini saya baru
tau akhir-akhir ini, ternyata ada begitu banyak antrian lomba yang
melambai untuk diikuti.
Salah satunya yang diselenggarakan Emak Gaoel dan Go For it dari smartfren.
Ini benar-benar tidak rugi. Kalaupun
kalah, kita sudah berhasil menambah proyek menulis. Latihan lagi khan? Selama
ini, saya ikut lomba, belum sekalipun menang. Jadi, obsesi saya pertama adalah,
menang sebuah lomba blog (meskipun bukan juara 2 atau 3, juara 1 akan sangat
saya harapkan, hehehe).
Saya ngeblog sejak 2009. Isinya kadang
hanya kicauan tak berarti. Lama-lama, saya sadar kalau jiwa saya memiliki bibit
menulis. Akhirnya, saya menyiram benihnya, meskipun saya belum punya cukup
pupuk untuk menjadikannya subur. Blog saya semakin bertambah tulisannya,
terutama sejak blogwalking di berbagai blog. Saya terupgrade.
Dulu saya ngeblog di warnet. Biasanya
setelah menulis di komputer, saya transfer ke flashdisk dan berujung pada komputer
warnet yang akan mengantar saya pada sebuah dunia tanpa batas. Sejak tahun
2011, saya mulai pakai modem dan laptob. Online masih jarang, kendala pulsa
yang butuh uang tidak sedikit masih hadir.
Untuk foto, biasanya saya google
saja. Maklum saya tidak punya hp kamera. Diakhir tahun 2014, saya menggunakan
canon jenis kamera pocket untuk fotonya. Senangnya, punya kamera baru… Jadi,
setelah capture gambar, memorinya saya lepas lalu pasang di laptob.
Sampai saat ini, saya seperti itu. Sederhana dan agak ribet, tapi saya jadi
bisa mengcapture foto untuk hiasan di blog.
Foto Madrasah dengan Canon; Kamera Pocket |
Untuk pengeditan foto, saya biasanya
memakai Paint untuk mengurangi resolusi kalau itu harus (terutama kalau quota
internetan hampir mendekati ‘0’, hehehe), dan Microsoft Office Picture manager menjadi
aplikasi lain untuk sekedar meng-crop gambar. Saya tidak begitu lincah
untuk mengedit tambahan yang lain, kuatir juga sih, kalau diedit malah jadi
tambah jelek. Hehehe. Malah lebih banyak, saya pajangi foto tanpa
polesan.
Sekarang ini, canonnya rusak,
ketumpahan air, trus saya jemur sambil menutupinya dengan daun. Jemurnya di
siang bolong, saya ambil kameranya sore. Daunnya sudah berubah warna menjadi
90% coklat. Suhu kamera masih panas. Sukses saya tahu dia demam. Sepertinya
tindakan saya salah. Saya teslah, pasang batere tidak memperlihatkan
tanda-tanda keaktifan. Rusak yah? Ah, akhirnya, saya rendam dalam beras. Minggu
depan saya akan cek, semoga masih bisa dipakai. Kalau rusak? Saya pernah
berkhayal menggunakan kamera laptob untuk mengcapture. Tetapi, semoga
tidak sampai saya lakukan. Masa iya, saya mau foto pohon di depan rumah pakai
laptob? Haduh…
Publish tulisan kadang
terhambat kalau mesti publish, sementara modem habis pulsa. Kadang, tulisan saya
rapel untuk satu kali publish. Semua tergantung isian modem tentu saja. Sering
terlintas memiliki hp canggih untuk memudahkan segala bentuk aktualisasi diri
di dunia maya. Sabar masih berdiri di dinding hati saya. Mengingatkan kalau
uang tentu saja masih memiliki banyak panggilan.
Biasanya setelah posting, saya menyebar
tulisan blog ke facebook saja. Kalau ingin mengikutinya, di add friend dong
saya; Wa Saripah. Saya jarang main twitter. Saya gak begitu menguasai
medannya. Mungkin karena saya gak pernah pakai henfon canggih. Gaptek yah? Eh, tapi jangan salah, saya punya twitter kok. Di
follow yah @Wa Saripah!
Meskipun lebih condong ke gaptek,
saya tipe orang yang mudah belajar kok. Jadi, yuks saling berbagi.
10 Comments
Samaa
ReplyDeleteAku juga rada gaptek.
Semoga beruntung ya, Mak
Iya...trimakasih Mak ya ...
Delete:)
suka sama kalimat mbak yang ini "Menulis mampu membekukan kejadian , mengingatkan masa yang terlupa, membuka jendela yang tertutup, dan menulis itu, kebebasan. Engkau bebas menulis tanpa kuatir disela. Engkau bebas mengeluh tanpa merasa direndahkan"
ReplyDeletesalam kenal mbak,kita sama-sama dari sulawesi tenggara :) :)
udah saya follow juga blognya :)
oh ya? ah,saya harus follow balik nih... trimakasih sudah mampir yah ...
Deletesama..emang habis nulis itu enaknya di share biar semua orang pada baca dan kalau bisa merampingkan alexa kita ya mak...hehehe
ReplyDeletemerampingkan alexa? Baik mak...saya belajar dulu yah...
Deletebuka gugel ketik 'alexa'
trimakasih sarannya ya mak ...
tos dulu qt mak, sama, aq kadang jg suka kaget baca tulisan2 aq yg dlu, 'bisa begini yak',
ReplyDeletesukses ya mbk, semangaatt, smoga keinginannya tercapai aamin
Sama kan? Hehehe... Tos.
DeleteTrimakasih yah mak...
:)
ppkoknya semangat terus ya ngeblognya :)
ReplyDeleteIa. Trimakasih ya...
Delete