SEPENGGAL KISAH SEBELUM ES PE DE
Kendari, September 25, 2009
At the end of my great and hard time in Kampus Unhalu. After thesis examination, I would never think that it will be happened to me as “Muses” (he he he, go back to Greek Mythology). His words will be in my thought till the end of the time. Ha ha ha.
The new information shocked me. “Our smart supervisor would be not in Campus till October 5, 2009. WHAT?
Yah karna my English related to fiction is not as good as native. I really need to tell it use Indonesian. Biar nilai sastra nya dapat. Asal tau waktu di Bahasa Indonesia sastra ku A terus lho. He he he...narsis…..Thanks for Mr. Irianto Ibrahim. Makasi Pak......
Ku perlu sedikit menceritakan kisah dramatis menjelang gelar S.Pd kusandang.
Detik-detik ketidakberadaan kami di kampus secara regular. Setelah ujian dengan nilai yang cukup memuaskan; 3. 67. Tadinya kupikir Q kan duduk, diam, dan pulang dengan mata sembab karena tak lulus atau dugaan paling hebatku setelah Q tambahkan placebo pada otakku adalah lulus dengan nilai paling max 3.00 alias hanya sekedar lulus karena saat ini bulan puasa (nyambung kah?)... sekedar diketahui pengujiku adalah one of dosen favoritku yang paling sering meng-send his students to the hell alias tidak lulus pas ujian. Ditambah salah seorang pembimbingku mengasihaniku dengan berkata, ”waduh berani skali kamu ujian dengan .....(merujukkan perkataannya pada dosen tersebut diatas) nanti saya hanya bisa tutup telinga lho, hm hm hm!!!” . Gubrak. Aku jatuh papan lah tepat saat kata-kata itu baru sampai diotakku bahkan sebelum dicerna dengan sempurna oleh otak kiriku. Tau apa yang terjadi di hatiku saat itu? 99,9 persen semangatku turun meroket kebawah. Aku jatuh, tapi bukan jatuh cinta. Dan entah kekuatan darimana tiba-tiba saja aku mampu mengeluarkan kata-kata ini: ”saya akan perjuangkan Pak (sembari mengepalkan tangan kananku, meski hatiku telah terjun payung kebawah lebih dulu)”. Andai saja ada terjun ke atas maka saya akan memilih itu. Atau andai saja saat itu saya hanya seorang diri, maka saya yakin adalah air mata yang berbicara. Fortunately, saat itu saya bersama teman yang akan ujian bersamaku, malu donk seorang Ipeh menangis....he he he he.
Sebenarnya saya sadar bahkan diatas sadar pembimbingku itu sangat sayang sampai mengeluarkan kata-kata tersebut diatas. Apalagi ujian hasil saya memang hampir tidak lulus. Makasi Pak. Tapi taukah beliau kalau kata-kata itu lebih kuat dari placebo yang baru saja kutanamkan keotakku sejak setelah SK dari dekan keluar?
Sebenarnya jujur saya bisa bahkan sangat bisa menolak ajakan temanku untuk ujian bareng itu dan tentunya tidak akan bertemu dengan penguji killer itu. Tapi ada kekuatan lain yang lebih kuat dari ketakutanku. Dosen terkiller itu adalah salah satu dosen terfavoritku. Duh siapa sih yang gak ingin tanda tangannya ada di thesisku? Jawabannya adalah tidak ada. Akhirnya, saya belajar dari kesalahan pada saat hasil. Life is learning kan....
Walhasil aku minta bantuan teman-teman untuk memberiku semangat dan menciptakan pil as placebo in my brain. They all gave me. Thanks. Bahkan ada yang membohongiku dengan berkata :”kamu sudah lulus 99,9% Ipeh, sekarang tinggal aksimu saja yang 1%”. Saya harus akui kalo kebohongan itu tiba-tiba menyadarkanku, otakku membantunya membuat perasaanku mempercayai dan aku akui aku terperdaya. Aku baru saja seperti HP lowbat yang dicas dengan cas terbagus yang pernah tercipta setelah kata-kata yang terkirim lewat sms itu kubaca dan langsung masuk tanpa antri terlebih dahulu di otak dan rasa ku.
Kembali ke berita yang cukup mengejutkan tadi. Dosen pembimbingku belum mau kekampus minggu-minggu ini. Sementara I need his signature right after I took my breath at that time. Berita yang mampu membuat bahkan denyutan nadiku berhenti melakukan gerakan ritualnya.
Kerumahnya saja!!! Kemarin ku juga kerumahnya. Ugh tapi bedalah. Dosen favoritku yang menjadi pembimbingku itu betul-betul mampu membuatku lenyap dari peradaban. Aku takut getoh ma beliau. Bukan Cuma Q seh yng takut. Lebih kurang 100 % anak bimbingannya juga takut. Dan beliau tidak menerima urusan kampus di rumah. Duh..... gemana neh?
Tapi, dengan kehendak Tuhan aku kerumahnya dan tongkat dari Gunung Kelud (wu ha ha ha ha). He he he. Dredek gemetar takut... apa ini cinta? Ha ha ha....halah mulai ngawur. Saya sampai menepuk jidat dengan gerakan abstrak. Pada saat beliau menerima ku and temanku dengan senyum. What? Am I dreaming? Kalau iya moga mimpi terus aja deh. He he he….
0 Comments