Kode Demam
Laino, 29 Januari 2017
Kode Demam
Sejatinya, saya sudah mengetik 2 halaman kisah tentang ini di
laptop. Dua halaman yang tidak sanggup saya eksekusi. Bukan karena saya lemah.
Tetapi, karena air mata lebih duluan mengalir lebih cepat ketimbang tangan saya
yang mengetik abjad membentuk kalimat di laptop.
Ini episode pilu bagi saya. Sesal yang tak berkesudahan bila
saya ingat terus. Makanya, tulisan tentangnya, tidak saya publish secara detil.
Ini yang umum saja ya. Maaf.
Saya Wa Saripah. Seorang Ibu dengan seorang anak perempuan.
Sebelum memiliki anak, meskipun saya anak tertua, saya tidak begitu tahu
tentang pengasuhan anak. Sebagai ibu baru, saya, tentu saja saya tidak tahu
apa-apa tentang kejang. Sampai anak saya kejang. Anak saya kejang ketika dia menuju
06 bulan. Dan kali kedua, ketika dia kena diare. Saya tidak mencatat, tetapi,
barusan saya mengecek foto yang kebetulan tersimpan di laptob, disitu tertera
tanggal sekian bulan November 2014.
Harus saya akui, bahwa saya minus ilmu tentang perawatan dan
pengasuhan anak dalam banyak hal saat itu. Sekarang 4 tahun lebih. Saya
mengumpulkan banyak hal. Utamanya praktek orang tua dahulu dan sumber-sumber
perkataan dokter pada saat konsultasi.
Yang ingin saya bahas sekarang adalah tentang demam. Bukan
apa-apa, demam bisa berujung pada kejang. Kejang yang pernah dialami anak saya.
Saya hanya ingin, cukuplah sesal itu di saya saja. Tidak lagi dialami orang
lain.
Kejang biasanya karena demam yang dibiarkan. Ketika anak
demam, kita harus melakukan banyak hal. Demam adalah kode. Kode bahwa ada yang
tidak beres di dalam. Mungkin radang, infeksi, baik ringan maupun berat.
Bila sebab demamnya ringan, booster ASI untuk yang masih ASI
atau ekstrafood untuk yang lebih
besar. Digendong skin to skin bisa
menurunkan juga lho. Menyamankan jiwa dan raganya dengan membuatnya nyaman.
Kalau saat anak demam dia nyaman digendong dan dikeloni, lakukanlah.
Ketenganannya juga berpengaruh positif. Jangan lupa sembari tetap kompres.
Untuk kompres, lebih disarankan menggunakan kain daripada
tempelan yang suka dijual di toko-toko. Meskipun tidak nyaman bagi anak, tapi
menurut dokter yang pernah menangani Hafshoh. Lebih baik handuk kecil atau sapu
tangan dibanding yang komersil itu. Oh ya, kompres air hangat juga lebih baik
daripada air dingin. Air dingin bisa menyebabkan anak menggigil.
Oh ya, saya juga pernah dengar orang bilang pakai alkohol.
Saya tanya ke dokter anak perihal ini bulan Januari 2017. Yang dijawabnya:
"Alkohol dipakai kalau panasnya tinggi sekali bu. Kalau tidak tinggi skali
dikasih alkohol, reseptor (kalau gak salah ingat ini, reseptor apa sensor yah?)
diotak baca pesan 'dingin'. Jadi otak bisa tingkatkan lagi panasnya."
Saya kaget. Syukurlah saya bertanya. Saya jadi urung beli
alcohol.
Waktu 2 bulan lalu. Hafshoh sempat menggigil. Ini terjadi
waktu gejala types dan opname di Rumah Sakit. Mungkin karena pintu kamar
terbuka malam itu. Kakinya dingin. Tapi dahinya panas. Kami panik. Panggil
perawat.
Si perawat hanya menyarankan untuk meratakan suhu tubuhnya.
Katanya ini gak baik bu. Harus diratakan. Kasi minyak telon dan terus usap.
Selimuti kakinya yang dingin. Kalau sudah rata, boleh dilepas.
Dokter Nurfa juga sering menyarankan pada saya untuk sering
meminumkan air putih. Panas kalau tidak keluar, katanya bisa dibantu lewat
urin. Jadi kalau sering minum, trus kencing, panas juga keluar. Jadi bisa
hindari kejang. Bismillah.
Jujur, saya baru tahu alasan ilmiah sering minum untuk orang
demam. Pelajaran saya sepertinya masih kurang.
Oh ya. Untuk sehatnya anak, untuk hindari kejang, bila
demam, jangan berhenti begadang dengan mengompres anak pada bagian dahi,
ketiak, belakang kalo bisa, lipatan paha. Jangan lupa air hangat ya ...
Untuk minum, air kelapa + madu baik. Labu putih aka golobe
juga bagus untuk menurunkan demam anak. Caranya kupas golobe, lalu cuci.
Kemudian parut golobe. Pastikan tangan anda bersih. Setelah diparut kemudian
peras. Kalau saya beberapa waktu lalu, saya saring di penyaringan teh. Kemudian
saya minumkan ke Hafshoh.
Rasa sari golobe tidaklah pahit. Tetapi untuk masuk ke leher
Hafshoh, saya harus menyediakan 2 gelas. Segelas berisi sari golobe dan gelas
lainnya berisi teh.
Setelah minum, Alhamdulillah, berangsur membaik dan tidak
perlu saya beralih ke medis. Mungkin golobe ini mengandung sejenis antibiotic
juga yah. Itu pikiran saya. Golobe ini juga baik untuk obat types lho. Itu yang
saya dapatkan dari teman guru saya, namanya Bu Sulia.
Pelajaran: Langkah pertama ketika anak sakit, usahakan dulu
yang alami. Kalau sudah tidak bisa, baru ke medis.
Semangat belajar ya bunda-bunda.
Wa Saripah
4 Comments
Para orang tua harus tahu nih. :D Ilmu yang bermanfaat.
ReplyDeleteIya mbak anisa
Deleteterimakasih dah mampir
:)
Sangat bagus dan bermanfaat, mengingat todak semua anak merespon obat dengan positif
ReplyDeletebetul mbak esti...
Delete:) mari berbagi