Bismillah. Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Amma ba’du;
Tulisan ini saya tujukan kepada saudaraku yang dirundung sebuah masalah. Semoga ad manfaat yang bisa dipetik.....
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah kisah yg masih saya ingat sabangka, kisah ini adalah sebuah kisah nyata dari seorang ikhwa. Sekilas mirip meski tak serupa. Ikhwa ini setelah sekian lama berkelana, alhasil dia akhirnya berta’aruf dengan seorang akhwat yang baik. Alhamdulillah meskipun banyak rintangan, mereka dan kedua keluarga besarnya akhirnya bisa mencapai kata sepakat untuk melangsungkan pernikahan pada hari x. Sekitar beberapa sebelum hari x, ketika undangan sudah tersebar (ingat undangan sudah disebar, hem), tiba-tiba saja, pernikahan mereka dibatalkan oleh pihak keluarga akhwat. Wallohu a’lam. Saya tidak begitu ingat sebabnya, hanya saja, betapa malu dan kecewanya ikhwa itu. Selain dirinya, keluarganya pun dipikirkannya. Malu sekali bercampur kecewa yang mendalam (bisa dibayangkan bagaimana malunya ikhwa itu, hem….seperti mau bersembunyi rasanya kalau ketemu orang). Hal ini terjadi bukan hanya sekali. Cobaan ini datang dengan modus dan jenis yang berbeda kali berikutnya. Allohu Almusta’an. Si ikhwa hanya bisa istirja dan bersabar. Meski mungkin kesabaran itu seolah merapuhkan dan membuatnya menjadi lemah. Namun dia ingat bahwa: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqoroh: 286). Setelah beberapa kali gagal, si ikhwa inipun akhirnya menyadari bahwa mereka akhwat-akhwat yang tadi meskipun secara lahiriah baik untuknya, namun ada yang dipersiapkan oleh Alloh untuknya, bisa saja mereka tidak jadi menikah karena memang mereka tidak berjodoh. Dia terus berdo’a dan memohon kepada Allah. Buktinya, Alhamdulillah, sekarang ikhwa itu sudah menikah, dengan seorang akhwat yang memang telah menjadi jodohnya. Sungguh hal ini adalah sebuah pelajaran besar buat kita. Sesuatu yang kita anggap baik, orang lain pun menganggap baik, bisa saja, di mata Allah ada yang lebih baik buat kita. Ikhwa tadi sangat bersyukur diberi oleh Alloh akhwat yang sekarang menjadi istrinya. Mungkin akhwat-akhwat yang dulu baik, namun yang ini memang yang terbaik untuknya. Dan ingat lah JODOH ITU TIDAK AKAN TERTUKAR. Ingatlah pula bahwa:
Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. 94: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. 94: 6)
Jadi, sesungguhnya, kesulitan yang kita alami, musibah yang kita alami, tidaklah akan menjadi batu penghalang buat kita untuk tetap kuat sabangkaku. Karena apa? Karena Seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Wallohu a’lam
(sumber: sebuah tulisan kisah nyata yang saya lupa baca dimana, dengan bahasa dan cara saya dalam bercerita…he he he).
Bisa kita lihat berapa jenis musibah dengan judul yang sama menimpa ikhwa tadi. Jadi, musibah apapun itu sesungguhnya ada hikmah dibaliknya. Dengan bersabar semuanya lebih indah. Ingatlah bahwa, ini sudah menjadi ketetapan Alloh. Takdir Alloh. Ketika kita sebagai makhlukNya sudah berusaha dan berdo’a maka, apapun yang menjadi kehendakNya, tidak ada satu makhluk pun yang bisa mencegahnya. Termasuk apa yang kita alami saudaraku. Intinya kita terima atau menolak ketetapan itu akan tetap terjadi. Jadi, akan lebih baik kalau kita terima, bertawakkal pada Alloh. Mau bersedih, menyiksa diri??? Apa yang kita dapat? Tidak ada kecuali keburukan yang kita dapat, semisal, kita bukan termasuk orang yang sabar, trus juga, pahala kebaikan yang seharusnya kita dapat, hilang karena kita tidak tawakkal pada Alloh, trus lagi tubuh kita yang sakit dengan masalah ini (apakah kita mau menyakiti diri sendiri dengan tanpa mendapatkan kebaikan sedikitpun?) hal ini sesungguhnya tidak diinginkan di dalam islam.
Kita hanya tinggal berusaha dan berdo’a untuk kedepannya. Kesedihan tidaklah disalahkan bahkan wajar, namun terlarut didalamnya dengan larut yang sangat maka ini tidak dikehendaki. Kita diajarkan untuk menyikapi musibah2 itu dengan cara-cara yang bijak saudaraku. Salah satunya dengan kesabaran.
Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam : Sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah.”
Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian dan cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
“…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran : 146)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menggambarkan kriteria seorang mukmin dalam menyikapi ketentuan Allah Subhanahu wata’ala, beliau bersabda :
Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya.” (Riwayat Muslim)
Perlu kiranya kita mencontoh para pendahulu islam. Bagaimana mereka ketika musibah menerpa. Mari kita tengok seberapa berat cobaan mereka, mari kita tengok seberapa berat ujian mereka. (Rujukan: untuk membaca kitab/buku-buku para shahabat atau shohabiyah, shahabat wanita, red). Kiranya ini bisa menjadikan kita kembali mengingat dan kembali bersyukur pada Alloh. Ternyata musibah orang lain ada yang lebih besar dari saya. mari belajar dari mereka saudaraku.
Berikut saya kutipkan sebuah hadits tentang bagaimana seorang shohabiyah membaca do’a ketika tertimpa musibah dan kita bisa juga menyimak dari hadits ini bahwa balasan yang didapatkannya lebih baik baginya.
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 918)
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan berdo’a sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah SHOLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM? Bisa dilihat pada hadits tersebut. Ternyata Allah mengabulkan do’a tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rosulullah SHOLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM.
Do’a ini lah yang seharusnya kita baca ketika tertimpa musibah. Hanya saja, satu hal yang perlu kita ingat sabangkaku, harus bersabar. Tidak ada gerutu, putus asa, dan sejenisnya. Bacalah: Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa
Berat? Pasti iya. Tapi dengan inilah kita menjadi pribadi-pribadi yang tangguh. Semua yang ada didunia milik Alloh. Jadi kalau Alloh mengambil sesuatu yang menjadi milik kita, ini disebut sebagai wajar. Kenapa? Toh kita hanya peminjam. Apalagi kalau sesuatu itu belum menjadi milik kita maka ini lebih wajar lagi.
Pesan dari saudaramu:
1. Sikapi ini dengan baik sabangkaku, dengan menyibukkan diri mencari ilmu untuk membentengi hati. Karena sesungguhnya para pendahulu kita di dalam islam, kuat meski musibah berat menimpa mereka dikarenakan mereka memiliki ilmu agama yang baik dan kuat. Sehingga, dengan itu, menjadi bekal yang kuat untuk menghadapi berbagai jenis musibah kedepannya.
Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah melapangkan baginya jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
2. Cintailah orang lain karena Allah. Tidak boleh mencintai melebihi kecintaan kita kepada Rob.
3. Yakinlah dengan membaca Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa” ketika tertimpa musibah, Alloh akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik.
4. Masih banyak mimpi yang mau dikejar. Jangan karena ini, mimpi itu menjadi tersendat berjalan. BERSEMANGAD!!!!
5. Bersyukurlah dengan apa yang menjadi milikmu sekarang. Tidak semua orang diberi seperti yang kau dapatkan sekarang sabangkaku. Tidak semua orang. Mari kita lihat orang-orang yang berada di bawah kita dalam hal keduniaan tanpa menimbulkan ujub, hanya sebagai bentuk betapa bersyukurnya kita kepada Rob. Sehingga memperdalam rasa syukur kita kepada Alloh subhana wata’ala.
Wallohu a’lam
Ditulis oleh seorang hamba yang lemah.
Diedit tanggal 1 februari 2012. Barokallohu fiik. Semoga Alloh memudahkan urusan mu sabangkaku. Uhibbuki fillah.

0 Comments