Ketua Kelas

H: Umi... hari Senin kita mo diumumkan ketua kelas.

S: iya Nak?

H: Semoga saya Umi yang jadi ketua kelas. Sa ingin.

S: hdssfghhjjgddfghhjnjj

Ingin rasanya bilang, jadi ketua kelas itu mirip pemimpin. Berat tanggungannya. Orang sudah lolos ke surga, pemimpin masih diperiksa apa yang dipimpinnya. Gak boleh Nak berangan jadi pemimpin. Kita nda boleh menginginkan jabatan. Kalau perlu kita jauhi.

Tapi... bukan itu yang saya ucapkan. Hihihi

S: Kalau Hafshoh tidak terpilih, tidak apa nah?

H: Tapi sa ingin Umi. Kayaknya kalau tidak terpilih sa akan sedih.

Saya diam tersenyum padanya.

Sore harinya, saya ikut taklim ustadz Abdullah. Ketepatan dia bahas tentang tema yang cocok saya dengarkan Hafshoh.

Malam harinya...

S: Dulu waktu perang Khoibar, sahabat ada yang berangan-angan dapat pegang bendera perang. Tapi... yang terpilih cuma 1.

H: Ali bin abi tholib toh Umi...

Saya mengangguk.

Saya melanjutkan...

Umar bilang dia tidak pernah menginginkan jadi pemimpin. Sampai mendengar tentang kelebihan pemegang bendera Khoibar, baru itu saja yang membuat dia ingin jadi pemegangnya.

Dia ingin sekali...

Ternyata, yang terpilih Ali...

Ketika Ali yang terpilih. Umar menerima Nak. Ini pentingnya kita menerima takdir. Kalau tidak terpilih, Umar bersabar. Menerima.

Nah, nanti kalau yang terpilih jadi ketua kelas Hafshoh, disyukuri. Tapi... kalau yang dipilih orang lain, itu takdir. Hafshoh bisa terima?

Dia mengangguk.

H: Tapi nanti kalau pulang sekolah baru sa sedih, Umi kasih semangat saya e...

Hihihihihi...

Saya mengiya dengan semangat.

Wa Saripah

0 Comments