Finger Print
01 Februari 2015. Poea. Sudah
hampir sebulan ini. Madrasah Q; MAN 1 Bombana menggunakan finger print untuk absensi
pegawainya. Tentu saja bukan hal mudah bagi guru utamanya yang ibu-ibu.
Mengingat kondisi jalan yang penuh aral di musim penghujan yang memang sedang
hits. Motor dengan pengguna yang menguasai jurus di jalan becek lah yang masih
mampu menunggangi kuda bermesin ke madrasah.
Kadang saya tidak sepakat dengan
aturan pemerintah yang harus kami jalani. Aturan mereka kadang membuat kami
(baca, saya) harus mentaktisi dan menipu diri sendiri. Saya benci menipu.
Karena toh kami, di rumah pun kerja. Misalnya yah, menyelesaikan berbagai tetek
bengek administrasi dan kerja OL yang mereka perintahkan hanya melalui surat
berbentuk jpg yang disebar melalui akun facebook (PADAMU NEGERI). Kalau dikalkulasi
bukan mustahil kerja kami melebihi target Undang-Undang. Dan itu saja, saking
banyaknya di rasa yang mau dibikin waktu seolah tidak menyediakan tempat
untukku. Belum selesai begitu saya bikin. Kemana saja waktu?
Sedikit saya kembali ke PADAMU
NEGERI. Surat saja format jpg (kalau pdf mungkin lebih baik ya?). Di print
buramnya minta ampun. Belum lagi tinta printer yang seakan mengomel meminta
catridge baru. Hahe, apa ini? opini ini? Atau kah marah? Mau marah kok rasanya
kurang tepat marah sama pemerintah. Sebut saja lah saya sedang curhat. Biar
lebih dingin suasananya.
Saya harus kembali ke finger
print yang dipasang di madrasah Q yang di tengah sawah di bawah kaki gunung. Ni
betul-betul membinasakan energi dan uang. Mari kita pakai rasa dan akal sehat.
Sehari kami harus duduk di
sekolah 6,5 jam atau 37,5 jam perminggu.
Kami ke sekolah jam 7 selesai
jam ngajar jam 13.30
Nah sampai disitu sebenarnya
kami sudah kerja 6,5 jam sehari seandainya seluruhnya kami penuhi dengan tetap
stay cool di sekolah.
Tapi finger print mau kami
pulang jam 14.30. Alasannya adalah kami tidak mungkin kerja tanpa istrahat.
Harus ada 1 jam untuk break. Jadi finger print pulang harus 14.30.
Tidak masuk akal sehat toh?
Selesai jam ngajar. Anak-anak
pulang 13.30. kami harus istrahat menunggu sampai jam 14.30 hanya untuk finger
print. (hey!!! Unreasonable isn’t it?). Yang reasonable adalah. Jam 13.30 kami
pulang dan istrahat di rumah. MASAK Jam 14.30 datang lagi HANYA UNTUK FINGER
PRINT. Yang ada kami bukan istrahat. Tapi capek itu serasa menumpuk. Sakitnya tuch disini (nunjuk kaki). Dan mau
istrahat tiba di rumah sudah asar. Kasihan kau guru di sawah!
Jalan yang jelek yang jadi aral
melintang kami ke madrasah kadang harus pasrah kami injak 4 x sehari.
Pergi-pulang jam 13.30. pergi lagi ke sekolah jam 14.30 dan finger trus pulang
lagi injak jalan becek. 4 TIMES A DAY.
Semakin jelas unreasonable nya
kan?
Maaf ya. Saya bukan menolak
kebijakan dan semua peraturan buatan anda duhai pemerintah yang kucintai. Tapi,
kalau sekolahku belum bisa menyediakan mushola dan tempat makan yang layak dan
sehat, rasanya saya yakin kalau peraturan itu selalu mempunyai ruang sejuk
untuk sesuatu yang disebut “bijak”.
Note sekarang senin-kamis
07.00-14.00
Jum’at 07.00-11.30
Sabtu 07.00-14.30
Minggu have a nice rest totally.
PS: Saya masih belum merasa segar...
0 Comments