Catatan Pelatihan Menulis MaiTeWuna 1
Catatan
Pelatihan Menulis 1
Kelas
MaiTeWuna
Oleh:
Wa Saripah
Wamponiki,
08 Maret 2017
“Matrikulasi
deadline besok jam 5. Masih sempat pula kau ikut pelatihan Peh? Sementara,
sepatah katapun, tugas matrikulasi NHW6 belum kau kerjakan!”
Mari
saya jawab; “Entahlah. setelah bersemedi, saya setuju pada perasaan saya, bahwa
menulis itu passion saya. Dan sesalnya, ini baru saya ketahui setelah 33 tahun
hidup di dunia. Jadi… Tolong pahami saya. Ini cas buat saya. Cas menulis.
Termasuk menulis tugas matrikulasi. Yess. Ada penguatan. Hehehe…”
Jam
8.30 motor melaju ke MGM. Biasanya hari sabtu saya ke sekolah, tetapi, hari ini
ada pelatihan menulis. Dan mungkin tidak akan ada untuk kedua kalinya, offline
dan pemateri dari Jakarta pula. Jadi? Saya menempatkannya sebagai prioritas. Apalagi,
guru juga dituntut untuk bisa menulis ilmiah. So? Saya izin dulu untuk tidak ke
sekolah. “Lho? Kok ke MGM mbak?” Hehehe… iya, saya membelikan hafshoh mainan
bongkar pasang dan ayunan serta geluncuran yang sudah saya janjikan. Setelah
selesai, saya langsung ke TKP.
Berhenti
di depan SMA 1 Raha. suasana tampak layaknya sekolahan. Siswa nampak ramai.
Terus, saya masuk ke gerbang, menanyakan lab fisika ke seorang siswa. Dia menawarkan
diri untuk mengantar saya. Saya menyanggupi. Setelah terlihat ruangan Lab, saya
berucap terima kasih padanya. Saya cek in dan memasuki ruangan tersebut. Masih
belum banyak yang hadir. Saya sempat agak kikuk, hampir semua siswa yang ada.
Tetapi, saya kemudian berpikir, mau tunggu sampai para Ibu lain datang baru mau
masuk juga? Ah, tidak kan? Ya sudah, masuk saja.
Seorang
ibu dengan pakaian santai tampak sibuk mengangkat dos aqua. Membagikan kue di
piring. Saya lalu duduk. Memilih melantai di depan. Sambil menyimak ibu yang
sibuk tadi. Entah kenapa, saya ingin sekali membantunya, tetapi urung. Mungkin
karena saya agak merasa kikuk. Baru datang, butuh kenalan dengan suasana. Namun,
saya terus mengamati Ibu tadi, yang memiliki corak wajah bukan orang sini.
Setelah
beberapa detik, sang ibu kemudian menyapa menggunakan microfon dan langsung membuka
acara karena sudah telat 15 menit. Iya. Jam sudah menunjukkan pukul 09.15. Sebenarnya
ini termasuk gak telat bagi kebanyakan. Biasa juga molor sejam. Tetapi, memang
sudah ini yang seharusnya terjadi. On time itu benar.
Ibu
tadi melanjutkan sapaan. Dia pemateri ternyata. Pakaiannya biasa ban-ged. Saya
menebak, dia orang lapangan. Biasa kalau orang akademis bajunya kece. Salahkah
dia? Ah, bagi saya tidak. Saya suka yang seperti ini. Apalah. Apalah. Apalah. Formalitas
nomor lain, ilmu yang mau diserap intinya.
Eh,
saya belum menceritakan kondisi ruangan yang luar biasa santai? Saya suka
sekali. Saya bahkan sempat membayangkan, ruangan kelas tempat saya mengajar di
madarasah kondisinya seperti ini. Ada karpet membentang. Siswa dan guru duduk
di karpet. Santai banget. Seperti kita mau taklim. I do like it.
Ok.
Itu tadi Mbak Agni. Saya belum sempat gugel nama lengkapnya. Luar biasa ya.
Pemateri sekaligus merangkap aktif bergerak membenahi yang perlu dia benahi.
Turun tangan pada hal yang perlu dia tangani. Saya suka menjadi seperti itu.
Mirip berbenah. Dia dosen lho. Dosen UI.
Kan
ada panitia?
Yah,
mereka juga bergerak. Tetapi intinya bukan disitu sih. Saya menceritakan ini,
untuk mengambil hikmah dari apa yang dia kerjakan. Do what you can do. Give
what you can give. Quote darimana Peh? Hehehe… Baru saja nemu. Saya juga tidak
tahu itu quote atau bukan.
Ok.
Itu sedikit pembukaan cerita saya. Masih ada episode lanjutannya. Termasuk
supply menulis dari Mbak denty yang cukup memotivasi. Tetap stay tune yah …
Selesai
#Maitewuna
0 Comments