Kakek yang Datang Kembali

Beberapa minggu lalu, kedatangan seorang kakek. Meski usianya sudah senja, pakaiannya rapi. Sikapnya sopan dan perkataannya, menandakan dia mungkin mantan PNS atau pekerja kantoran.

Dia lalu menyampaikan maksudnya, ingin menggadaikan HP. Untuk selembar lima puluh ribuan. Dia seorang pensiunan. Bekerja di sebuah SMA terkenal di kota ini.

Dia juga bercerita gaji pensiunnya sudah dijual. Dijual ke Bank tertentu.

Saya mengelus dada tanpa gerakan. Saya menghela napas tanpa terlihat.

Inilah salah satu bentuk keburukan riba yang saya takutkan. Menghisap gaji dengan betah berlama-lama dan menyisakannya sedikit. (selain bentuk keburukan lain yang memilukan hati bila diketahui).

--------------

Saya tak heran lagi. Banyak saya dengar yang semacam ini. Si A gajiaan tinggal 100. Si B gajian minus sekian. Banyak tempat potongnya. Dan semuanya adalah kebutuhan.

-------------------------

Saya punya banyak harapan. Saya juga berharap, kebutuhanku, adalah benar-benar kebutuhan. Bukan keinginan. Karena, saya harus punya rem untuk banyak keinginan.

Semoga saya terhindar dari potongan-potongan berbunga. Karena bunga hanya visualnya. Nama aslinya RIBA.

Oh ya, kemarin kakek itu datang. Saya bersyukur pada doa yang diberikan padaku dengan sepenuh hatinya. Doa itu, lebih dari cukup.

Terimakasih sudah datang kembali.

Menulis adalah menahan hati untuk tidak riba.

1 Comments