Dibalik Ofan dan BB
25 September
2015. Beberapa waktu kini dan kedepan, memiliki HP yang canggih dan pintar
(baca: smartphone) hampir menjadi sebuah keharusan dan atau keinginan kuat.
Segala bentuk fitur yang makin diupdate tiap detik memanjakan pengguna dan atau
calon pembeli. Jadi, celah bagi manusia untuk tidak memiliki smartphone hampir
tertutup. Semua orang ingin punya. Meskipun pada kenyataannya, sebagian kecil
orang masih menahan diri (baca: belum punya cukup uang, yah, seperti saya lah
salah satunya, hehehe).
Ada beberapa
hal yang saya baca dengan kekinian zaman. Orang yang memiliki HP dengan model
yang hampir out of date, mencoba beberapa cara untuk memiliki the
newest. Pokoknya, terbaru dengan fitur dan aplikasi yang lebih memudahkan dan
mencepatkan. Apalagi bagi mereka yang memang bergelut di zona perdagangan di
dunia maya. Tentu saja it is a must.
Tapi,hal ini
berkebalikan dengan adik saya; Ofan. Bagi saya, ini salah satu keunikan adik saya, yang jarang dimiliki manusia zaman kini. Bagi saya, Ofan itu one in a million. Ketika android dengan model touchscreen
dan lebih membuat si empunya keren, dia memilih bb qwerty yang setau saya, hampir
ditinggalkan penggunanya. Mungkin juga, karena pekerjaan dia, tidak berhubungan
dengan dunia maya secara intens.
Waktu saya
sempat bertanya harganya. Dengan santai, dia jawab 1,3. Dia punya, bulan kemarin. Pas lebaran Idul Fitri, sekitar bulan 8 2015. Saya tidak pernah tau
cerita dibalik BB 1,3 jt nya itu, sampai kemarin kami membahasnya.
Ceritanya dia
Saya beli di
kota lama (baca: daerah di Kendari yang dekat Pelabuhan Nusantara). Sama toke
(baca: penjual cina). Waktu itu, tidak jadi saya beli, saya liat 1,4 lebih. Trus,
sa ke GMT. (Harapannya, di sana lebih murah. Tapi, ternyata di GMT 1,5).
Besoknya sa kembali lagi sama itu toke, ucapnya.
Hal yang
membuatku kaget sebenarnya ada percakapan yang seperti ini di toko toke itu:
Ofan/merujuk
pada BB tujuan: sampe berapakah ini? 1 juta bisakah?
Toke: tidak
bisa.
Ofan: kasi
mi, tidak ada juga orang yang mau beli beginian sekarang.
Sang toke
mengakui, namun tak mau kalo 1 jt.
Akhirnya sang
toke: ambil mi 1,250,000. Tapi tidak pake memori dengan kartu.
Setelah
menimbang, Ofan pada akhirnya, setuju dengan 1,3 saja.
Well, yang saya
kaget dengan adik saya itu adalah, dia mampu mengucapkan dengan jujur ‘kasi mi,
tidak ada juga orang yang mau beli beginian sekarang’. Kalau saya yang beli,
saya tidak bisa berucap jujur begitu. Entahlah. Hehehe…
Saya jadi
ingat kejadian beberapa tahun lalu. Sewaktu dia masih bekerja sebagai tukang
edit foto di salah satu ruko daerah WWJ Kendari. Kebetulan yang punya toko,
toke (orang cina). Trus, sepertinya non muslim. Ofan tiap kali waktu
sholat, dia masuk sholat dulu, baru
kemudian melayani costumer. Eh, si ibu yang punya toko marah-marah. Awalnya sih
tidak sampai terlihat, lama-lama semakin keluar. Akhirnya sewaktu Ofan selesai
sholat, dan dia duduk di tempat kerjanya melayani costumer, si Ibu itu
marah-marah karena dia sholat meninggalkan pekerjaannya.
Awalnya dia seperti biasa, diam dan dengar. Tapi lama-lama, terlalu juga mungkin dia rasa.
Awalnya dia seperti biasa, diam dan dengar. Tapi lama-lama, terlalu juga mungkin dia rasa.
Ofan serta
merta balik merespon membela sholat 5 kemudian
beranjak pergi, tanpa menoleh.
Esoknya, dia
tidak masuk kerja. Karena, memang setelah melangkahkan kaki, dia tidak berniat
kembali. Si Bapak yang suami si Ibu tadi, sebenarnya sih dia kayaknya gak
mempermasalahkan Ofan yang sholat ketiba tiba waktunya. Terbukti pula dari
sikapnya selama waktu-waktu itu dan juga pada hari itu, dia menelpon Ofan
dengan sopan untuk memintanya kembali kerja.
Ofan: maaf,
kita cari saja yang lain Pak.
Meskipun Ofan
juga membutuhkan pekerjaan itu, namun, dia memilih untuk tidak kembali.
Dan
sepertinya itu pilihan yang tepat. Semoga. Sekarang dia bekerja di FET
Elektronik. Yang punya kebetulan sangat mengerti arti ibadah.
Dalam hidup,
memilih itu ada. Dan saya bangga dia memilih ibadahnya. (adik saya gitu lho ... He he he).
Termasuk
saya, sekarang saya memilih untuk membeli smartphone. Bukan bulan ini sih. Kelak,
ketika waktu yang tepat (baca: uang cukup, hehehe, lagi-lagi masalah uang...). Soalnya, pakai modem kok budgetnya
malah lebih banyak keluar. 100 ribu pulsa hanya untuk beberapa hari saja.
Hem, semoga
saja bisa membeli.
Dipublish 30 September 2015
Dipublish 30 September 2015
0 Comments