Pohon Ada Untuk Kita
Lambiku, 10
September 2015. Mungkin hari ini sangat pantas untuk berbicara tentang kondisi
bumi kita tercinta. Sekitar 10 tahun lalu, ketika saya bersekolah di MTsN Raha
yang letaknya di atas pertokoan Cina, segalanya tampak begitu sejuk dan
tidaklah terik. Panas yah panas, tapi tidaklah seperti pinang dibelah dua
dengan panasnya dunia zaman ini.
Dahulu saya
bahkan suka jalan kaki untuk menghemat ongkos. Biasanya saya tabung uangnya dan
kadang-kadang untuk membeli bakso (hehehe, iya kha? Saya lupa juga sih, yang
jelas untuk jajan atau membeli buku).
Jarak dari rumah
ke MTsN cukup jauh, sekitar 2 km. bahkan ketika pulang pun, kadang saya
berjalan kaki. Biasanya saya dan teman ambil jalan potong. Di hutan-hutan. Dari
MTsN kami ambil jalan menuju pasar (dulu pasarnya bertempat di alun-alun kota).
Kadang sekalian mampir di pasar dan cari-cari tempat buat bisa cuci mata sama
barang-barang bagus. Trus melaju ke jalan potong, melewati rumah-rumah penduduk,
S. Goldaria, trus sebelum penaikan kantor daerah, kami berbelok ke arah
perumahan yang menuntun kami menuju ke hutan. Di dalam hutan itu banyak pohon
dan ada sungai kecil (kami menyebutnya kali). Bukan hutan betulan sih, soalnya
zona hutannya hanya beberapa meter, masih dikelilingi rumah meskipun bisa
dihitung jari.
Sepanjang jalan,
kami tidak begitu merasa terik.
Tapi…
Sekarang?
Semuanya
berbeda.
Saya jalan dari
rumah saja ke MGM yang mungkin jaraknya sekitar 500 m, rasanya emoh. Saya
berpikir 2 kemungkinan.
Rasa panas ini
bisa saja Karena I’m getting older atau mungkin juga karena bumi lebih keluar
panasnya. Seperti kita ketahui khan. Jumlah pepohonan zaman dulu dibanding
sekarang jauh banget. Dulu sepanjang jalan, panasnya masih di serap sebagian
oleh pohon, mungkin saja itu alasannya. Kalau rumah atau ruko dia mau serap apa
coba?
Tapi yah, ini
kan Cuma penilaian subyektif saya, belum ada saya dapat penelitian tentang itu
terkhusus untuk kota Raha
Tapi, …
Memperbaiki diri
dengan menanam pohon di rumah adalah ide yang baik.
0 Comments