Pandemi; Antara Sabar dan Bertahan
Sejak kecil, Hafshoh sudah saya ajak berdiskusi tentang keputusan apapun yang berkaitan tentangnya. Termasuk saat ini, ketika dengan berat akhirnya kami memutuskan bahwa; sebaiknya kami "Stay at Home" dulu.
Awalnya saya pikir dia akan emoh. Saya memulai dengan menceritakan saat konsultasi bersama dokter. Karena dalam hal pandemi ini, dokter tentu saja lebih mengetahui soal wabah ini dibanding kami yang awam soal medis.
Me: Hafshoh... kemarin toh, waktu di dokter, dokter bilang begini...
Saya mulai mengulang rangkuman perkataan dokter yang intinya, wabah korona sedang menggila di Raha. Apalagi banyak yang abai. Dia menceritakan padaku bahwa yang meninggal sudah bukan sedikit. Bahkan orang rumahnya (yang jagain anaknya) juga terpapar. ...
Setelah selesai berkisah panjang lebar. Saya pun menutup dengan kesimpulan berupa pertanyaan.
Me: Hafshoh, tidak apa belajar dulu online dengan Kaka Rininya?
Saya tak menduga dia langsung mengiya. Saya berterimakasih padanya. Dan menyuruhnya berdoa.
Me: Hafshoh berdoa-doa nah, supaya pandemi segera selesai. Hafshoh juga banyak do'a supaya kita semua diberi rezeki yang cukup untuk bisa beli mainan dan kue-kue yang Hafshoh suka agar tidak bosan di rumah terus.
Dia mengangguk dengan tenang.
Beberapa hari ini juga, saya sering menegur Khidir.
Me: Khidir... Jangan main di luar.
K: Tak.
Atau dilain waktu...
Me: khidir di luar?
K: Tak.
Alhamdulillah tak seperti kemarin-kemarin, dia lebih banyak mengiya daripada menolak.
Dan untuk Hafshoh...
Terus terang, mengonlinekan kursus mengajinya ini adalah sesuatu buat saya dan abuha. Kalau soal sekolah dari tahun lalu, dia selalu BDR sampai sekarang. Alhamdulillah kalau untuk ilmu di sekolah bisalah kami handle. Tetapi yang ini... Apalagi dia sudah mau masuk jus 27. Rasanya berat sekali buat kami yang benar-benar belum merasa mampu menyesuaikan ilmu kami dengan kemampuan Hafshoh yang lebih tinggi.
Saya sampe chat ustadzahnya dengan nuansa seolah-olah sedang musim gugur. Daun terlepas dari tangkainya. Bunga berjatuhan. Dengan atmosfir dominasi coklat. Saya sedih Ya Robbi...
Tetapi saya bisa apa? Selain mengikuti protokol kesehatan? Selain mengikuti anjuran pemerintah tetap di rumah. dan keluar hanya pada saat beanr-benar penting dan mendesak.
Padahal kemarin kami sudah mulai lho ke MGM. Belanja ini itu. Ke pasar. Beli begituan beginian. Namun... semua tinggal kenangan. Tinggallah saya yang termenung. Berusaha tetap bertahan dengan sisa kesabaran yang semoga Alloh tambah.
Padamu wahai manusia... Marilah kembali kepada Alloh...
Wa Saripah_Ummu Hafshoh
0 Comments