Bukan tanpa Alasan
Bukan tanpa alasan
Hari itu Rabu. Entah kenapa ingin melihat leher Hafshoh. Ternyata ada benjolan. Mungkin amandel, gumanku. Saya langsung stop es dan minuman dingin.
Jumat, ke dokter Nurfa. Pas dicek, ternyata benar amandel. Stop minuman dingin, es, indomie. Kata dokter.
Saya mengiya. Hafshoh saya bisiki untuk mendengar dokter. Dia mengangguk dan setuju. Tidak ada lagi es ya Nak. Kalau indomie, memang gak konsumsi.
Dokter meresepkan Antibiotik dan suplemen makanan. Kami tebus seharga 5 lembar uang sepuluh ribu. Sudah dengan konsultasi. Dokter ini memang super harganya. Saya kadang sampe kaget. Biasanya gak begitu kalau di tempat lain. Yah... Tiap orang punya alasan untuk harga.
Beberapa waktu laku, suami membeli kelapa muda. Seharga 50 ribu. Dua buah. Mahal ya? Awalnya 40 ribu. Tetapi, uang kembalibya gak cukup. Ya sudahlah. Tetapi, kami tidak menyesal. Yang jual kakek tua. Suami bilang, sering melihatnya jualan sambil memikul kelapa. Tua mi kasihan. Kami tidak membeli, sejatinya kami berniat berbagi rezeki.
Bersabarlah. Syafakillahu.
0 Comments