Mimpi, Kapan Saya Wujudkan?
Mimpi bukan Kenyataan, Kecuali Kau Berani Mundur
Ada beberapa hal yang saya kurang sreg pada rutinitas sekolah. Sayangnya, saya tidak bisa seperti Indi, anak bunda Ita Julita II. Dia berani membuat keputusan. Mogok sekolah. Tidak suka apel, lebih syka brlajar di alam, tidak suka duduk, diam... kerja tugas. Beruntung, ibunya memahami apa dan bagaimana dia. Dia tipe bergerak. Tidak bisa diam.
----------------------------
Sudah berapa tahun lalu, saya mendengar kisah sekolah tempat adik saya ngajar. Tidak ada apel pagi, kecuali, ada pengumuman penting. I just like that. Pengulangan apel pagi, bagi saya serasa kurang penting. Kalau untuk latihan disiplin, they can do that in front of their own class. It spends less time than apel pagi kan...
Nasehat? Oh, come on, saya rasa, dalam sebuah proses, nasehat lebih masuk saat tidak berada dalam formalitas barisan. Suasana alam, bawah pohon, duduk di karpet.
Jadi? Saya suka ngajar duduk di karpet. di bawah pohon mangga. Tapi.. saya tau, tidak semua inginku bisa saya lakukan. Kecuali saya punya yayasan sendiri, lalu bentuk visi misi sendiri dengan model sekolah seperti apa. Dan itu artinya, saya butuh uang banyak.
------------------------
Tutup dulu mimpi. Kadang kenyataan yang kita hadapi berbeda total. Anak bangsa tetap butuh dididik. Dalam suasana dan kondisi yang kurang comfort sekalipun. Dalam kekurangan 1 dan 2 pondasi penting; keluarga dan lingkungan. Dengan kendaraan dan alat apa, guru bisa mendidik sukses tanpa 2 pondasi tadi?
Wa Saripah
0 Comments