NHW3_WaSaripah_SulawesiRaha



Bismillah…


Baik, sudah 3 NHW saya hampir lewati. Di NHW3 ini, saya agak pesimis mau ngumpul tepat waktu. Soalnya, beberapa hari ini, paksu ngambek. Jadi saya bingung. Pas hari deadline, suasana sedikit dan Alhamdulillah membaik. Saya pun memberinya surat tulisan saya, sekitar jam 10 lewat. Tulisan saya juga gak begitu banyak. Saya bingung lah, orang introvent disuruh buat surat. Hehehe… tetapi, demi sebuah proses menuju perbaikan diri, saya bertekad kuat, melewati semua ini dengan proses yang semoga baik. Aamiiiiin.

__________________

Awalnya dia malas baca.
Katanya; “Apa ini?”

Saya bilang lah, ini tugas kuliah Ibu, jadi harus dibaca. Akhirnya, dia baca. Trus setelah selesai baca, suami saya ngakak.
Sudah lebih kurang 5 tahun saya menikah. Ngakaknya bisa dihitung. Dia orang yang tidak begitu suka ngakak. Paling senyum, udah. Ini tadi ngakak sampe kelihatan seluruh giginya. Hihihi…
Saya tidak begitu tahu sebentar bagaimana respon dari segi sikap dan lain-lain. Tetapi menurut dia, dia senang. Barusan saya tanyain sih; “Ini respon tugasnya saya tulis “ketawa saja?Aduh, masak Cuma ketawa saja?” saya mengaku.


Dia pun tersenyum dan bilang, senang juga.
Hihihi…

Alhamdulillah ya… akhirnya tugas yang berat ini, bisa saya selesaikan. Saya orangnya introvent sih menurutku. Jadi, hal semacam ini, rasanya aneeeeeeeh ban-ged. Terlihat sedikit sikap juga berubah, misalnya, tadi, sebelum berangkat, dia nanyain saya telpon siapa. Biasanya, saya jungkir balik juga didiamin. Hihihi…

Jadi, meskipun waktu sangat sedikit untuk saya lihat lebih jauh responnya, tetapi, dari waktu yang sedikit ini, saya melihat perubahan yang positif dan sangat baik buat kami semuanya. Alhamdulillah…


Sudah ya…

J


2. Anak saya bernama Hafshoh; 4y6m. dia anak perempuan yang Alhamdulillah sejak kecil saya perhatikan, sangat suka terhadap pelajaran. Buku, dan suka bercerita ataupun dibacakan cerita. Beberapa saat lalu, saya baru sadar, dia sering menggambar. Dan dari gambar itu, ternyata dia juga bercerita. Jadi, menggambar sambil bercerita. Cerita itu berdasarkan gambar yang dia buat. Ada dua cerita dan gambar yang berhasil saya simpan dan catat.

Oh ya, selain itu, Hafshoh juga suka dibacakan dan membaca buku cerita. Dulu ketika dia berumur 3 tahun, dia sudah bisa membacakan cerita kisah sahabat yang dijamin masuk surga, hanya dengan melihat gambarnya. Dia bisa menceritakannya kembali.

Dia menyukai mendengarkan cerita. Dan dia sangat ekspresif jika bercerita sembari naik sepeda motor. Apalagi kalau dia di depan. Maka Om Ajit yang suka menjemputnya, siap merespon sederhana atau pun hanya mendengarkan curhatan dan ceritanya sewaktu di PAUD nya.
Dia juga suka membaca gambar. Jadi, kalau ada emoticon atau gambar symbol, dia suka membaca dan bercerita dengan symbol itu. Dia suka memvisualkan gambar dalam bentuk kata-kata.

Hal lain yang merupakan potensi dia adalah, dia sangat cepat menghapal. Jadi, apa yang didengarnya sangat cepat dia hapalkan.

Beberapa permainan yang suka dia buat adalah lego dan suka bermain baju-baju. Permainan dengan orang-orangan dan beberapa ornament yang dibutuhkan dalam bentuk gambar 2 dimensi. Kami juga biasanya membuat gambar baju-baju sendiri. Baju-baju yang kami gambar da gunting, kami pakaikan jilbab. Dia suka. Katanya ‘Islami’.

3. Baik, ini tentang saya. Menurut saya, potensi saya adalah menulis. Saya menyukai menulis dan menyadari pada saat yang hampir terlambat bahwa saya hobi menulis. Tulisan saya mungkin kurang tajam dan kurang terlatih. Tetapi, saya yakin, saya akan bisa lebih baik dibidang ini, jika saya terus rajin mengeluarkan ide lewat tulisan.

Saya juga menilai diri saya, mudah memaafkan, mudah menerima nasehat, mudah terpengaruh kepada kebaikan ketika mendengar cerita inspiratif seputar kebaikan. Tidak mudah tergoda dengan uang. Sangat kokoh terhadap pilihan benar salah berdasarkan agama. Menguatkan hati untuk tidak riba meskipun godaannya sangat kuat. bersabar dan tidak ingin mengganti dan melihat sepatu orang lain agar bersyukur pada Alloh selalu. Semoga selalu kokoh dan tidak terombang-ambing.

Dengan potensi ini, saya ingin menguatkan dan memopangkan visi misi keluarga kami agar selalu berada pada jalan yang diridhoi Allah. Mencoba membukukan beberapa hal yang merupakan kebaikan dari suami dan anak saya, untuk jadi ibroh bila itu baik, dan dihindari bila itu buruk. Apalagi suami saya tidak suka menulis, jadi, biar sayalah yang menuliskan kisah hidup ini juga berbagai pelajaran darinya yang menurut saya sangat luar biasa dan sangat disayangkan kalau tidak dibagi.

Suami saya orangnya lebih memilih agama dibanding kesenangan dunia. Hidup sederhana memang sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.

Jadi, saya dan dia dipertemukan oleh Allah, salah satunya mungkin untuk menguatkan agama kami masing-masing. Saling mendukung dakwah dan tidak terlalu silau dengan materi keduniaan.

4. Berbicara tentang lingkungan tempat tinggal, saya melihat ada banyak tantangan disini. Anak-anak di lingkungan sini, masih kurang mendapat pendidikan keluarga yang maksimal. Ini tantangan besar hidup di lingkungan seperti ini. Karena, memiliki anak kecil, tentu saja kelak akan hidup dan besar disini. Saat ini, untuk sementara, anak saya hanya bermain di rumah dan pekarangan. Atau anak lain yang datang bermain di rumah. 

Saya juga tidak memiliki kapasitas untuk memberi dan memberitahu tentang masalah parenting berhubung saya bukanlah seorang ahli. Apa yang saya lakukan, sebatas, memberi arahan bila mereka bermain di rumah saya sewajarnya. Saya juga kuatir terkesan mendikte mereka. Hanya pada saat 2 anak yang suka bermain dengan Hafshoh, suka datang di rumah mengaji. Maka disitulah kesempatan saya berbagi ilmu tentang adab-adab dan beberapa ajaran lain. Tentu saja, dukungan dari pendidikan dan bimbingan orang tua sangat diperlukan dan sangat penting. Tetapi, disaat dan kondisi seperti ini, saya berupaya yang saya bisa. Meskipun mungkin hanya sedikit, saya tidak bisa berbuat banyak. Orang tuanya sibuk berjualan di pasar demi mengepulkan dapur,ini juga jadi semacam dilema.

Saya merasa, entahlah benar atau tidak, tetapi, ada beberapa hal yang kemudian, coba saya ajarkan kepada Hafshoh, teman mainnya Alhamdulillah, mulai sedikit mendengarkan. Misalnya, ketika sejak awal, saya melarang Hafshoh makan snack yang ber msg atau pewarna, beberapa saat kemudian,mereka pun, mulai berkata semacam, persetujuan. Termasuk seorang Ibu.

Sering mereka berucap kepada saya, ketika menemani Hafshoh bermain; “Mama Hafshoh, tidak boleh toh makan mie mentah dengan bumbunya? Saya mengangguk dan sedikit memberi pencerahan. Terkadang pula; “Mama Hafshoh, tidak boleh minum ****? Berpewarna. Saya mengiyakan dan memujinya. Bahkan sering saya dengan sekarang, mereka suka dibuatkan jus buah naga, dan berbagai makanan sehat lainnya. Entah karena saya ataupun yang lain, saya bersyukur.

Oh ya, kebetulan suami saya hobi design. Jadi, sering buat bulletin dan selebaran yang dia design untuk dakwah. Semisal info taklim, atau kajian. Ini juga untuk sebuah perubahan yang diharapkan bisa dinikmati oleh ornag di kampungnya.


Selesai.

0 Comments