Semingguan berlalu...

Saat itu, saya sedang duduk. Nampak olehku seorang ibu memegang Henfon layaknya ingin memotret. Dia juga berbicara pada anaknya. "Diam dulu! Hadap sini. Berhenti. Ah!!!"

Anaknya terlihat tidak melakukan apa yang diucapkannya. Anak itu terus berjalan pelan. Tidak berhenti.

Saya berkaca. Pernahkah saya begitu pada Hafshoh?

Kok ya kurang elok. Memaksa mengambil foto anaknya. Tetapi anaknya tidak terlibat secara ... entah apa namanya.

Ibunya begitu greget ingin mendapatkan posisi, angel, dan gaya yang instagramable.

Anak yang mungkin masih 2, 5 atau 3 tahun itu tetap ceria. Meski arahan sang ibu, bagiku bernada ketus. Iya. Karena gaya yang ingin diambilnya tidak sesuai harapan.

Hadirkan hatimu untuk dia si kecil. Hadirkan rasamu untuk sudut pandangnya. Bukan hanya untuk sebuah foto dengan ribuan like, kau berkata ketus padanya.

Hiks...

Saya, tersenyum pada anaknya. "Kau harus kuat Nak. Karena mungkin kau tidak sendiri. Karena saya ingin bercermin."

NB: Tulisan ini, bukan untuk menyemangati selfie anak. Bahkan, saya berada pada poros menjauhinya.  Inti darinya adalah menghadirkan hati dalam membersamainya dengan contoh kasus yang saya lihat.

Wa Saripah

0 Comments