Sebulan Sudah

Hari minus 2 menjelang sebulannya Khidir, ada prilaku aneh. Dua malam dia nangis lama. Saya rasa dia kolik. Esok pagi, saya bawa ke Poli Anak RSUD Raha.

Dokter: D
Saya: S

D: Kenapa anaknya Bu?

S: 2 malam mi nangis Bu. Lama. Apa sakit perut ya? Suka ngeden kalau mau BAB.

D: ASI ya Bu?

S: iya.

D: Susu?

S: Tidak Dok. ASI saja.

Lalu dia memeriksa Khidir. Setelah itu, dia kembali duduk. Tersenyum ke saya.

D: Kalau pada saat ASI suka bunyi ya?

S: iya Dok.

D: Itu tanda udara masuk. Posisi kurang sempurna. Makanya BABnya sering sekali dan sedikit. Dikasih sendawa?

S: kadang berhasil sendawa, kadang tidak dok.

D: Coba saya lihat cara Ibu ngasih ASI.

Setelah itu...

D: caranya masih belum benar. Udara yang masuk ke usus yang bikin kembung. Nangis karena, udaranya mau keluar, tapi usus kan panjang ya...

Kemudian dia menjelaskan dan memberi saya pencerahan.

D: Nanti disendawakan. Begini berani?

Tanyanya sambil memberdirikan Khidir. Kepala Khidir pada lehernya.

S: Saya menggeleng.

D: Kalau gitu, begini. Posisi gendong biasa. Yang penting kepalanya lebih tinggi. Terus tepuk-tepuk blakangnya.

Di rumah saya belajar keras mensendawakan Khidir dan memperbaiki pelekatanku saat dia ASI.

Semoga benar mi sekarang posisinya. Kalau sendawa, alhamdulillah hari ke-3, dia sendawa mi terus habis ASI.

Nangis malam? Tidak mi lagi.

Percuma juga rasanya saya sarjana, ilmu dasar begini sa tidak tau. Heu heu heu heu...

Harusnya, anak perempuan, di sekolah, ada kelas menuju Ibu. Agar orang seperti saya, yang mungkin motoriknya nda tuntas, yang teori bisa 100, praktek hampir 0, bisa juga ada faham sedikit.

Lihat mi, sampe sekarang sa belum bisa jalankan motor di jalan. Sa belum bisa berenang. Padahal, sa belajar dari zaman beheula.

Hihihihi... Banyak kasian...

Alhamdulillah ya... Ada ilmu baru buat saya.

Ternyata merawat bayi, tidak sesederhana itu. Padahal anak kedua. Terlalu lupa ki mungkin juga. Jauhnya jaraknya.

Wa Saripah

0 Comments