Wamponiki, 23 Juli 2017

Tahun depan, tepat di bulan Juli. Umur Hafshoh kurang sebulan 6 tahun. Untuk bisa,masuk SD, usia anak sudah harus 6 tahun tak boleh kurang seharipun. Hafshoh kasih harus menunggu. Hingga usianya mendekati 7 tahun.

Meskipun dia sudah lancar membaca. Saya sebenarnya, masih horor. SD itu sekelas 20 siswa mendekati 30. Sayang belom nemu SD yang berisi 10 siswa. Saya lebih suka kelas kecil. Maksimal 10. Sayangnya, peraturan bukan atas kemauan saya. Saya harus bisa berpikir dan mempertimbangkan banyak hal.

Sejujurnya, saya lebih condong dia homeschooling. Tetapi, saya jelas belum bisa. I'm working mom. Hiks...

Saya pernah dengar tentang homeschooling dengan guru yang didatangi. Tidak mesti saya yang handle. Tetapi, amunisi ilmuku masih sangat minim.

Sekarang, dia masih belajar di rumah. Kemarin setahun sekolahkan di PAUD. Sekolah, tetap suka gak datang juga. Terkadang sakit. Opname. Bosan. Saya memang terlalu dini menuruti maunya. Yang minta sekolah di umur 4. Namun, yang saya heran, dia sudah lancar membaca. Arab. Oke. Latin (baca: Bahasa Indonesia). Lancar.

Setelah saya coba bandingkan dengan proses membaca saya dulu. Saya tau dimana kelebihannya.

Mereka belajar langsung praktek. Saya, sewaktu kelas 1 SD, belajar teori dulu.

Saya (kami) diajari alfabet A to Z. Saya hapal A sampe Z. Setelah itu b tambah a ba. Bbbbba. Ba. B tambah i. Bbbbbbi. Beruntung otak saya agak encer. Ada beberapa teman yang kesulitan juga.

Berbeda dengan metode yang digunakan mereka Hafshoh. Langsung. Meniru kosakata. Jangan heran kalau Hafshoh sampai sekarang belum hapal huruf. Hehehe. Ada saja huruf yang hilang kalau saya minta dia lafalkan.

Is that a problem? Tentu saja bukan. Intinya bukan pada huruf. Tetapi pada bacaan. Saya juga tidak menemukan stres sewaktu dia belajar membaca.

Mau juga menggunakan metode yang sama? Bisa order bukunya di saya. 5 jilid 50.000.

Yuk ke hp/whatsapp 085241679393 for fast responses.

Wa Saripah.

0 Comments