Sewaktu Hafshoh bayi, saya sudah melekatkannya dengan buku. Membuka buku dipangkuanku dengannya. Mengajarkannya merasakan kertas. Belum setahun, dia sudah pandai membolak balik lembaran buku mengajarku.

Teori yang saya baca di berbagai buku, sukses berhasil terbukti ketika saya praktekkan ke Hafshoh. Semua cara saya praktekkan. Dan semua sejalan. Seiya. Sekata.

Sampai akhirnya, saya kewalahan. Saya membeli buku seharga Rp. 50.000,00. Dan telah habis dibacanya kurang dari hitungan jam. Saya menabung sampai hampir sejuta. Lalu memesankannya buku di Jawa. Nah, itu kalau tiap bulan gimana dong? Besok kalau minta buku lagi gimana? Saya jadi merasa kurang maksimal memenuhi inginnya. Sampai akhirnya, dia membaca bukuku. Juga buku abuha.

Itulah teori yang sesuai dan hasil yang menggembirakan.

Lalu, bagaimana dengan Khidir?

He is unique...

Saya kasih buku, dia sobek. Tak terhitung berapa buku Hafshoh yang rusak. Terapi, kami tidak menyerah. Meskipun sobek, masih kami usahakan bacakan.

Dan, prosesnya ternyata berbeda. Khidir tidak menyukai dibacakan cerita seperti Hafshoh. Dia menyenangi gambar bukunya berupa hewan serupa dinosaurus. Dan sibuk berteriak dan menjauh layaknya si Dino mengejarnya atau menggigitnya.

Saya tertegun...

Alloh mencobaku. Alloh menyuruhku untuk mencari jalan lain yang berbeda dengan Hafshoh.

Wa Saripah_Ummu Hafshoh

Pic dari unplush

0 Comments