Kemarin, saat menunggu Hafshoh tes hafalan, saya duduk bersama guru TQ (Tahfidzul Qur'an).

Dia: Um...Bagaimana itu Hafshoh um? Bagus Skali. Tenang belajar. Dikasih tau mendengar. Pintar. Hafalannya masyaalloh...

Saya mencoba flash back.

Hafshoh itu, saya buat mencintai buku sejak usia bayi. Saya membelikannya buku kisah yang banyak. Setelah selesai, saya membelikannya buku berbeda. Jumlah bukunya sampai saat ini sudah luar biasa kalau dibanding saya dulu.

Dulu... Kadang abinya suka greget kalau saya pesan buku. Hehehe... "Sudah banyak mi bukunya." Ujarnya.

Tidak mungkin dia mau cinta buku setelah besar. Kalau dipupuk dari sekarang, pas besar dia akan membaca tanpa disuruh. Tapi kalau tidak dibuat cinta dari sekarang? Besar belum tentu da suka baca. Padahal membaca itu jendela dunia. Bukankah salah satu jalan mendapat ilmu adalah dengan membaca?

Jadi, jangan heran kalau diusianya 8 tahun menjelang 9, dia sudah membaca buku bacaanku. Yang kadang saya tegur. Namun dibalasnya; "Umi, saya sudah baca semua bukuku. Ini belum." Saya terdiam.

Tunggu di Nak. Buku juga butuh banyak dana soalnya. Hehehe...

Hafshoh tahu banyak hal dari buku. Dia tahu hal yang boleh dan tidak dari buku. Bahkan hal yang belum saya tahu, dia sudah jago. Dari kisah yang kami bacakan hampir tiap malam, dia juga menyerap informasi dan pelajaran moral.

Mungkin inilah yang mendorongnya menaati gurunya. Kadang sepulang sekolah dia curhat.

H: Umi, ada temanku yang tidak ikuti aturan. Ustadzah larang naik di meja. Mereka naik.

Saya selalu merespon positif pikiran dan tindakannya. Menguatkan kembali apa yang diceritakannya adalah bentuk pendidikan juga. Memuji tindakan dan pikiran positifnya adalah juga bentuk mendidik.

Ajari anakmu mencintai buku ...

Wa Saripah

Pic dari unplush

0 Comments