Wamponiki, 28 Januari 2018

Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Subuh tadi, Hafshoh menghangat. Saya langsung kompres. Dia lalu bangun minta minum.

Paginya, abuha membawa pulang seikat rambutan dari pasar. Dia seronok. Dia suka buah ini sangat.

Setelah sarapan bubur. Dia mau makan si rambutan. Saya mengupas dan membuang bijinya. Dia tinggal mengunyah buah tanpa biji.

Sengaja saya lakukan bukan tanpa alasan. Saya sering mendengar kasus yang diceritakan perawat. Anak yang keselek biji rambutan dan berakhir tragis. Bijinya tak dapat dikeluarkan dan menahan jalur napas. Waliyyadzu billah. Semoga kita semua terhindar dari hal semisal.

Hafshoh mengambil kulit rambutan yang setengah utuh dan tertelungkup.

H: Sa kira rambutan.

Ucapnya. Saya heran. Karena yang dipegangnya bukan buah lain. Melainkan hanya buah itu yang kami punya pagi ini.

Me: Kenapa Nak?

Saya bertanya heran.

H: Saya kira rambutan Umi.

Me: Bukan rambutan kah?

H: Bukan. Ini kulit rambutan.

Saya mengaku salah. Alhamdulillah, uneg-uneg saya, tidak saya keluarkan lengkap. Alhamdulillah, tidak langsung protes.

Rasanya malu sama titel, kalau sampe ketahuan dia. Hihihihihi...

Lho... kok diumbar dimari? Buat pelajaran. Kalau bunda-bunda menghadapi hal semisal, jangan mengira mereka salah. Anak itu "kreatif".

___________________

Me: Hafshoh, sudah dulu makan rambutan di? Sudah banyak mi.

H: Perutku suka Umi.

Saya tersenyum. Kadang bukan ji kita yang mau. Tetapi lambung.

Iyakah? Ini semacam majas. Sinekdot  Satu bagian yang disebut. Tetapi bermakna keseluruhan. Bukan cuma perut mubgkin Nak.

Sinekdot apa pi namanya?

Selesai.

0 Comments