Penasehat

Saya bukan orang yang pintar adu argumen. Sama Hafshoh saja, saya suka kalah.

H: Umi... ini uang tidak laku. Saya tidak mau.

Me: Disimpan saja Nak.

H: Buat apa?

Me: Buat kenangan.

H: Kenangan?

Me: Untuk diingat-ingat dan.

H: Saya tidak mau kenangan. Tidak penting.

Saya kaget. Iya ya. Hihihi...

Kali lain... Saat saya temani dia makan siang. Saya mendapati kunyahannya melambat. Sementara, saya ingin segera beranjak.

Me: Kunyahnya cepat-cepat Nak...

H: Umi... Akar gigi anak-anak beda dengan orang dewasa. Kalau orang dewasa bisa kunyah begini.

Ucapnya sambil mencontohkan kunyahan yang menurut dia ala orang dewasa.

H: Saya? Masih gigi susu.

Lanjutnya lagi.

Tentu saja saya terdiam. Dan minta maaf lagi.

Hihihihi...

Satu lagi... Berkaitan dengan pic di status ini.

Tadi malam, dia membawa rak-rak kecil yang baru dibeli abuha. Ukuran? Sekitar 20 x 12 cm. Rencana buat tempat servis-servis HP. Kebetulan terima mi tawwa servis HP. Ada mi teknisi ahli yang berpengalaman. Jadi, boleh mi ke Fotokopi Pohon Asam kalau mau servis. HP rusak total? Bawa mi juga, kami beli.

Eh... kok kesitu-situ tulisannya? Hehehe... Maaf, belok.

Lanjut ya...

Ditanya mi sama bibinya.

B: Apa itu Hafshoh?

H: Lemari kecil.

Me: Kayaknya ini rak. Bukan lemari mungkin.

H: Lemari Umi. Cuma kecil. Sama ini dengan yang di kamar. Tapi... Di kamar besar.

Saya terdiam. Saya butuh definisi yang akurat berdasar sumber valid. Agar tidak salah juga saya jelaskan. Karena memang tawwa, Kalau dirumahku, kalau besar, dibilang lemari plastik.

________________

Hampir setiap adu opini yang memang posisi saya kurang kuat, saya mesti kalah. Kalau seperti ini, biasanya, saya tidak membela diri. Karena, secara fitrah, dia lebih mendekati kebenaran. Sementara saya? Kadang hanya tuntutan ingin kerja ini, itu, sana, sini... Rasanya mengabaikan pendapatnya, adalah kurang bijak.

Mendidik anak itu... Butuh pengorbanan dan posisi mengalah.

Sekarang? Saya sedang dalam usaha untuk selalu seperti itu.

Wa Saripah

0 Comments