Hafshoh...

Sebulan lagi, 6 tahun usiamu. Setahun lagi, saya ingin kamu sekolah. Meski tidak begitu yakin, saya belum berani melangkah ke anti mainstream. Homeschooling. Yah, belum siap hampir di semua lini.

Win-win solutionnya, saya mengarah pada home education. Kau sekolah, tetapi di rumah, saya tidak ingin kau lengah belajar. Belajar di dapur. Di belahan mana rumah kau suka.

Mungkin belajar mencuci seperti tadi. Atau belajar mengambil jemuran seperti siang tadi.

Ketika kau mendewasa nanti, saya ingin rumahku adalah tempat labuhan rindumu Nak.

Ketika kau mendewasa kelak, saya ingin, kau peduli pada kami, bukan karena yang lain. Tetapi karena Alloh.

Ketika kau mendewasa ntar, saya ingin, kau masih menyayangiku seperti sekarang.

Meski mungkin bersama tak selalu bermakna demikian. Tetapi... saya ingin kau nyaman bersama kami orang tuamu.

That's why...

Diusiamu kini, saya sering menanyakan, adakah sikapku yang kurang pas? Yang mana Nak? Tolong beri tanda.

H: Umi... Ada yang sa tidak suka sikapnya Umi...

Me: Yang mana Nak?

H: Suaranya Umi terlalu tinggi seperti marah.

Astaghfirullah. Saya salah.

Me: Hafshoh maunya bagaimana?

H: Umi bicara bak-baik saja. Pelan. Biar saya dengar.

Iya di Nak... Ini namanya emosi Nak. Jazakillahu khoiron sudah mengingatkan.

Emosi? Oh... Setan...

Tak hentinya kau mengikutiku dari arah manapun wahai penggoda makhluk Alloh bernama setan. Sampai hampir saja, saya membela diri saya yang salah. Hampir saja, saya semakin marah.

Mengaku itu berat. Tetapi bisa.

Btw, pic ini saya nemu di FB. Ditunjuk sama Hafshoh. "Umi coba baca ini!" Ucapnya kala saya hampir melewati gambar itu.

Hihihi...

Apa maksud Nak?

Wa Saripah

0 Comments