> > > Kakak

Anak kecil dan pikirannya, kadang bikin melirik.

H: Umi... Bagaimana kalau adikku laki-laki di?

Saya dengan santai dan tanpa merasa aneh berkata; "Tidak apa Nak. Bagus itu."

H: Tapi mungkin sa malu Umi. Kan saya, kakak, perempuan. Dia adik, laki-laki. Maunya, saya, adik. Dia, kakak.

Ya Alloh... Apa maksudnya coba?

Hihihi

Me: Banyak yang begitu. Terserah kehendak Alloh. Mau kasih anak perempuan, jadi kakak. Atau laki-laki, jadi kakak. Seperti Ummuki, yang kakak, perempuan.

Ucapku menanggapi curhatan tidak pentingnya. Memasak makanan melawan itu curhatan, rasanya seperti kebutuhan mendesak level 10 melawan kebutuhan tidak penting blas.

Tetapi... Saya tau... Curhat adalah bagian penting buat dia. Untuk merealisasikan apa yang ada diotaknya, agar saya bisa tau. Ini adalah latihannya. Latihan yang tidak dia sadari.  Hasilnya? Jangan heran, bahasanya lebih baku dari saya yang sudah tamat sekolah.

Dan ini, buat saya urgen. Lebih urgen dari memasukkan sayuran di air yang sudah mendidih. Kompor gas bisa saya matikan. Tetapi, dia? Kalau saya bilang nanti, mungkin dia tidak akan berbinar lagi seperti sekarang.

Saya dengarkan. Saya respon. Semoga, saya logis ji terus sampai kelak saya menua.

Terus... Percakapan itu berlanjut, sampai dia sibuk mencari nama. Pernah mau dia kasih nama Umar. Ali juga sempat dia tawarkan.

Setiap nama yang dia tawarkan, saya mengangguk. Bertanya alasannya. Tetapi, saya tau, besok-besok, nama itu akan dia ganti sendiri.

Selamat menikmati kebersamaan bersama tumbuhnya.

Wa Saripah

1 Comments

  1. Harus sabar mendengarkan celotehan buah hati ya mom hehe

    ReplyDelete