🍃🌺💦🌷🌹🌸🌻🌾

Menemani aktivitas senin... izinkan saya sedikit mengisi. Sejujurnya, motivasi saya sering terisi hanya sekedar membaca chat bunda-bunda disini. Ada yang sempat saya baca, ada yang lewat karena begitu banyak deadline dari manapun.

Adalah bentuk kesyukuran saya, tetap terhubung disini. Karena, pun saya masih on process of learning di universitas ini. Bersama.

🌼🌻🌷 Semangat Senin🌹🌸🌺

*Sudut Pandang-Bersyukur Itu, Tidak Mudah*

Oleh: Wa Saripah

Assalamualaikum...

Apa kabar bunda-bunda pembelajar?

Semoga baik ya...

Hari ini, saya ingin berbagi tulisan sederhana. Awalnya, saya bingung, hendak membagi apa. Setelah berpikir sejenak, saya memilih berbagi tentang ... "Sudut Pandang".

Dalam tulisan ini, sudut pandang adalah cara kita memandang sesuatu. Sederhana bukan?

Inilah yang membuat kita berbeda ketika melihat kondisi yang sama. Secara umum, ini benar. Berbeda, unik bukan?

Nah, yang perlu diluruskan adalah, ketika opini kita bertentangan dengan agama. Ini, tentu saja perlu usaha pribadi untuk meluruskan.

Contoh;
Sebagai manusia, kerapkali kita dihadapkan pada keadaan yang membuat kita minder.

💦 melihat teman yang anaknya terlihat mudah diatur

💦 melihat leting yang memiliki roda 4, sementara kita berjalan menghalau terik

💦 Melihat orang begini, begitu, disana, disini,

Ah...

Ada begitu banyak hal yang memberi setan peluang untuk masuk. Meracuni pikiran sehat kita dengan berbagai tipu rayu. Mengajak kita berganti fokus. Tidak dengan diri kita, tetapi fokus dengan orang lain.

Mari memberi hati kesejukan dengan sabda Rasulullah:

_"Pandanglah orang yang berada dibawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada diatasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Alloh padamu."_ HR. Bukhori dan Muslim

Al Hasan Al Bashri berkata; "Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirot." *

Mungkin bunda-bunda sudah sering mendengar dalil diatas. Pun dengan saya bunda. Sama. Sudah sering mendengar.

Namun, terkadang setan selalu punya cara untuk membesarkan rasa dibanding logika. Sehingga menuntun kita mengutamakan keinginan (baca: hawa nafsu). Atas nama rasa, kadang ilmu menjadi tertutupi. Setan memang lihai bunda ...

Maka, kitapun harus memperkuat pondasi. Apa yang kita peroleh syukurilah. Alhamdulillah, masih sehat, meskipun tidak seperti Ibu Z yang alhamdulillah begini, dan Bapak R yang alhamdulillah begitu.

Alhamdulillah masih aman, masih banyak saudara kita yang tidak aman dan kelaparan di tempat lain.

Saya yakin tiap orang punya cara beragam. Kalau saya, biasanya saya melihat kembali episode pilu. Bisa dari orang, bisa juga dari saya sendiri.

Biasanya, saya berbisik dalam hati. "Syukurilah, karena apapun itu, masih sehat, masih begini, masih begitu. Ingatkah dulu ketika kau sakit, tak bisa bangun selama 7 bulan? Lupakah engkau dulu kau ingin sekali berjalan, bekerja, tetapi tak bisa?
Syukurilah. "

Pandangilah mereka di belahan bumi lain, yang hidup di tengah hutan, tanpa ini dan itu.

Syukurilah...

Wujudkan syukur. Tingkatkan empati. Stay positive.

Cobalah menjadi tuli pada bisikan yang memojokkan usahamu. Yang menjatuhkan dirimu. Mulai kini, ubahlah sudut memandang. Yakinlah bahwa bunda tidak sendiri.

Kayakan hati. Ayo...!!!

Selesai.

Bisa juga dilihat di:

http://wasaripah.blogspot.com/2017/09/sudut-pandang-bersyukur.html

Note:

* rumaysho.com/296-lihatlah-orang-di-bawahmu-dalam-masalah-harta-dan-dunia.html

0 Comments