Beginilah Hidup...

Sewaktu usaha suami masih sebagai penkacip (baca: pembelah) mete... Kami ingin punya tempat sewa yang bisa buat usaha.

Setelah satu setengah tahun...

Kami alhamdulillah bisa menyewa tempat mencari rupiah bertempat di depannya jalan poros.

Sesudah memiliki tempat sewa, keinginan upgrade diri. Ingin punya mesin fotokopi.

Setelah Allah memudahkan memiliki, ternyata tidak selesai titik.

Ada lagi keinginan lain. Upgrade printer. Mesin fotokopi lagi. Laptob lagi. Indihome lagi...

Untuk paragraf terakhir diatas, belum kami punya. Itu mi namanya ingin. Tak terhenti. Ada pi terus.

Habis ini, itu
Habis itu, sana
Habis sana, sini...

Begitu terus berputar.

Iya.

Saya sadar, hidup adalah perjalanan menuju tempat kembali yang tak henti memberimu ingin. Meski demikian, ingatlah selalu. Timbang inginmu. Star'u kah? Atau sekedar nafsu? Butuh kah? Atau hanya sekedar saja, ingin memuaskan mata?

Selain itu...

Jangan lupa untuk selalu bersyukur. Karena, jangankan Fir'aun, Qorun pun yang memiliki harta seluas yang tidak bisa kau punyai, bisa dihilangkan hanya dalam hitungan saat.

Bersyukur. Bersyukur. Berbagi. Berbagi.

Meskipun utang masih kau cicil, tetapi sehat adalah bentuk pemberian Alloh yang tak bisa kau rupiahkan Peh...

Hiks... ampuni kami hambaMu ...

0 Comments