3 Oktober 2017

Semangat Usaha Tanpa Riba...

BISA

Isi tulisan nanti ya...

Edited:

Sedikit ada waktu, saya isi beberapa.

_____________________

Sebenarnya, saya masih belum dalam kategori sukses. Masih berusaha berjalan layaknya siput. Usaha kami masih terbilang baru. Dua bulan untuk ukuran usaha, serupa umur bayi yang berujung tua.

Apa yang kami punya?

Tekad. Tekad untuk tidak riba. Itu ji. Hal ini tertancap kuat. Meski peluang begitu besar, tetapi langkah terhenti. Bahkan berbelok ke jalan lain adalah lebih kami pilih, jika itu riba.

Kenapa?

"Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah..." Al Baqoroh: 276

“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.” HR. Muslim.

Itu hanya dalil sedikit, masih banyak dalil lain yang menyesakkan kalau riba. Belum lagi kalah dengar penjelasan Ust. Erwandi Tarmidzi. Yang menjabarkan ayat, hadits tentang riba. Semakin mundur saya menjauh.

_____________

Tepat bulan Mei sepertinya, ada sebuah kios sederhana yang sedang kosong. Suami saya memandang. Kayaknya bagus buat disewa. Usaha fotokopi. Dekat perkantoran soalnya.

Meskipun sewa agak tinggi, saya manut saja. Berdo'a, semoga bisa meski hanya buat nutupin uang sewa.

Ketika sewa sudah setuju dan dibayar... Kami sebenarnya, hanya siap untuk jasa rental. Printer ada. Laptob ada. Etalase? Bisa kami usahakan?

Mesin fotokopi?

Jangan mimpi. Uang 20 juta cash untuk orang seperti kami, mirip-mirip mission impossible. Susah. Dan mendekati mustahil.

Ya sudahlah. Kita rental saja dulu. Saya deg-deg membayangkan sewa perbulan tanpa mesin fotokopi.

Sebenarnya, mesin fotokopi ini, hanya bersifat magnet. Magnet untuk barang-barang lain. Orang kalau mengkopi, kan sambil menunggu, bisa beli-beli map yang untungnya tidak sampe seribu rupiah. Karena mesin fotokopi, untungnya tak begitu banyak... Dia cape kerja, kasian sih sebenarnya si mesin...

Tetapi... meski demikian...

Kami, posisi bertahan. No Riba. Tidak ada uang. Yah sudah tidak ada mesin.

_____________

Beberapa minggu, kami belum bisa menempati kios. Empunya sedang rehab ruang dapur. Kami menunggu.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja, suami pulang.

Dia: berapakah mesin fotokopi?

Saya: Mahal.

Saya malas-malasan menjawab, karena meskipun harganya 5 juta, kami juga tidak bisa beli dengan uang sendirian. Kecuali pinjam.

Dia: ada yang belasan juta kayaknya.

Me: iya. Tetapi, tidak ada juga uangnya kita.

Dia: Ada yang kasih pinjam saya 10 juta.

Me: iya? Sa hubungi dulu pale teman. Mau tanyakan dimana da beli mesinnya.

Dia: iya...

Seminggu, sms tak berbalas. Saya bahkan sudah hampir lupa kalau menanyakan mesin, sampai ketika, HP berdering.

Kring kring kring...

Tertera nama Ummu Humairo...

Bla bla bla...

Setelah membahas kekagetannya, darimana kami dapat uang 10 juta. Yang sebenarnya, saya juga tidak menyangka sedikitpun.

Akhirnya...

Sri Sumartin, ummu humairo mengatakan, kalau suaminya agen. Jadi saya bisa dapat mesin seharga 20 juta dengan uang 10 juta. Sisanya cicil saja. Terserah berapa per bulan.

Kami sepakat, setelah suami bicara dengan Abu Humairo...

Bulan Juli akhir, kios mulai aktif. Agustus, mulai sedikit ada untung. Utang? Masih kami cicil.

Sekarang?

Masih seperti siput. Mau tambah ini itu. Sana sini. Tetapi... Terkadang kau harus bersabar Peh. Karena usaha tidak langsung jadi Remaja. Dia harus berproses sebelum menjadi kupu-kupu dengan rupa cantik.

Semoga kami bisa jauh-jauh darinya. Si Riba nan elok, memikat, dan menggemaskan.

Wa Saripah

0 Comments