Beberapa triwulan setelah Khidir lahir, saya membaca status seorang dokter kandungan di Kendari. Namanya Dr. Indra Magda Tiara. Secara tepat saya tidak ingat kombinasi kalimatnya. Tetapi inti dari yang dia tuliskan adalah ada penemuan yang menyatakan bahwa perasaan saat seorang Ibu, hamil, sangat berpengaruh pada janinnya. Bahkan pengaruh itu dibawah si bayi sampai dia keluar ke dunia, dan menjadi dewasa, maka bahagialah agar perasaan anakmu berbahagia sampai dia tua.

Saat membaca statusnya, saya bersyukur sekali. Karena saat menghamilkan Khidir, saya sudah memiliki ilmu soal manajemen emosi. Saya tau bagaimana cara terbaik untuk menyalurkannya ketika saya mendapat hal negatif dari luar diri saya. Baik itu ucapan buruk yang menyakitkan dan membuat sedih, sampai pada hal lain yang berusaha saya hempaskan baik-baik.

Waktu itu saya sering berbicara pada suami saya. Perihal ini. Tujuan saya, tentu saja agar janin saya tidak stres dan saya bisa mengendalikan emosi negatif. Merubahnya menjadi lebih positif. Berat? Sangat. Apalagi saat hamil, suasana hati sangat tidak stabil. Cepat tersinggung lah. cepat marah lah, you know lah, dll.

Saat Khidir lahir, entahlah, tetapi sampai saat ini, diusianya 32 bulan, dia sangat cepat menjadi bahagia. Tidak mudah menjadi sedih. Dan ketika sedih, sangat gampang menjadi ceria lagi.

, menyertakan dalam tulisannya, sebuah hasil penelitian dari  Psychological Science yang menemukan bahwa bayi dalam kandungan bisa merasakan kondisi psikologis ibunya, oleh karena itu perasaan ibu sebaiknya juga dijaga agar tidak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan bayi di dalam kandungan. (15 Jul 2021 15:15 WIB). 1

Tulisan lain yang mendukung hal ini adalah:

The stress a woman feels during pregnancy can affect the developing brain of her unborn child as documented on fetal brain scans, according to a new study published Monday in the medical journal JAMA Open Network. 2

Artinya? Stres yang dirasakan wanita yang hamil dapat berefek pada pengembangan otak janinnya menurut sebuah penelitian baru di Jurnal Kesehatan JAMA.

Dalam sumber yang sama, Limperopoulos juga menambahkan:

"We really need to be paying attention to mental health problems during pregnancy, because they're not only affecting the pregnant women but they seem to have enduring effects on the baby in the months and probably years down the line" 

Artinya? Kira-kira begini: Kita harus memberikan perhatian yang besar terhadap masalah kesehatan mental selama kehamilan karena bukan hanya berefek pada wanita hamil, tetapi juga berefek pada bayi.

Jadi, kalian para Ibu, berusahalah sekuat kamu bisa. Setegar kamu mampu. Sekokoh kamu berdiri. Dan Seapapun kondisimu. Bahagialah. Turunkan ekspektasimu. Banyak-banyak tarik nafas saat hendak marah, lalu buanglah sekuatmu. Membaca ta'awudz. Ingatlah pula, bahwa salah satu faktor yang memudahkanmu merawatnya kelak adalah saat ini. Janinmu akan lebih mudah kau atur nanti ketika dia bahagia saat kau hamil.

Mintalah bantuan suamimu setelah Alloh tentu saja. Terbukalah padanya. Ceritakan padanya jika ada yang mengganjal dihatimu. Entah ada yang menyakitimu tetapi tidak disadarinya. Atau sengaja disindirnya dirimu. ATau lainnya. Jangan kau pendam sendiri. Yang justru hanya akan membuat janinmu stres selain dirimu juga tentu saja.

Dan untuk para orang lain, empatilah pada mereka yang sedang hamil. Karena mereka bisa lebih rapuh dari hari-hari biasa mereka.

Tidak jarang, orang harus gugur kandungannya karena stres. Seorang teman, saya dengar, harus dirawat di RS, karena kandungannya gugur yang diduga kuat karena ada masalah di kantornya.

Sekian.

Berilmulah... Ilmu yang akan mengomando dirimu...

Wal iyyadzu billah

Wa Saripah

Pic dari Unplush.


1. https://www.fimela.com/parenting/read/4607847/penelitian-membuktikan-ibu-hamil-harus-bahagia-karena-bayi-bisa-merasakannya

2 Comments

  1. Mampir meninggalkan jejak ^^
    Baarakallahu fiikum

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masyaalloh... Wafiik barokallohu ukh...
      Jazakillahu Khoyron jejaknya
      ^^

      Delete