Bismillah...

Untuk berhubungan dengan manusia, kita butuh memberi kualitas pada komunikasi. Termasuk pada anak. Jadi tantangan yang saya pilih komunikasi produktif pada anak.

Dalam beberapa hal, setelah belajar melalui buku, seminar, bahkan mengikuti kelas matrikulasi, saya tetap merasa ada beberapa poin yang perlu saya perbaiki.

Apalagi anak saya sudah bergaul di usianya 4y9m. Dia sudah memasuki PAUD. Sehingga sedikit banyak, sudah ada bumbu dari luar yang dia dapat yang terserap dipikirannya.

Pada beberapa poin, saya pribadi alhamdulillah sudah menyetop komunikasi yang sangat tidak efektif seperti memukul dan membentak, memberi cap, membohongi, dll.

______________

Sejak pagi sampai siang tanggal 1 Juni 2017 semua aman. Saya berusaha mengendalikan emosi seperti biasa. Sehingga, ketika akan marah, karena bertabrakan dengan inginnya, saya menggendongnya. Sampai dia diam dan kami beralih ke cerita. Dia sangat suka mendengarkan kisahnya sewaktu kecil.

Hal yang memancing emosi yang hampir tidak terkontrol adalah ketika dia ingin buat kue. Dan kompor masih belum menyala saat adonan sudah jadi. Mulailah dia memberontak.

Kejadian ini adalah kali kedua. Ternyata treatment awal saya sewaktu kejadian pertama yang sama persis belum berhasil.

Waktu itu saya membiarkannya menangis karena tidak mau menerima kata sabar yang saya ucapkan. Setelah kue masak, saya kemudian menggendongnya. Memberinya kue dan menasehati. Dia mengangguk saja.

Ketika hari ini berulang. Artinya, treatment saya masih kurang dan perlu saya sreg kan dengan hatinya atau ada sesuatu yang dia rasa yang lain.

Sambil menunggu kompor, dia mengatakan lapar. Menghadapi kompor dan tangis bukan hal mudah buat saya. Saya tidak punya tongkat sim salabim untuk membuat kue layaknya di film kartun hayalan yang tidak saya sarankan ditonton untuk anak-anak.

Yang saya lakukan, tetap menahan napas. Sambil fokus di penggorengan. Karena dia ingin saya cepat menggoreng.

Beruntung saat itu ada neneknya. Mendengar kata lapar. Neneknya mengajaknya ke meja makan. Menyuruhnya menyendok nasi dan makan. Saya tidak menyangka dia lapar. Karena telah makan 2 kue baru saja.

Ternyata dia mau dan lahap.

Proses ini yang perlu saya perbaiki. Saya seharusnya tetap merespon apa yang dia utarakan. Merespon kata laparnya dengan menawarkan makanan yang ada.

Esok hari, harus diperbaiki. Kabar baiknya, saya tidak berucap kasar dan sudah menahan marah. Jadi alhamdulillah poin mengendalikan emosi siap diceklis di hari pertama.

*#hari1*
*#tantangan10hari*
*#komunikasiproduktif*
*#kuliahbunsayiipsulawesi*

0 Comments