Day 5


Kemarin, sempat nonton di TV selewat. Bapak menganiaya dan membunuh anak kandungnya. Sebelum dibunuh, disodomi juga. Anaknya laki-laki. Umurnya? Hiks... Empat tahun kasian.


Gimana tidak sedih saya? Nenek kandung si anak juga sama, sampe histeris melihat reka ulang. Mikirnya, kok tega. Anak kandung lho. Rupanya setan sudah menggoda manusia dengan begitu lihai. Kejadian seperti ini, banyak. 


Naudzubillahi mindzalik... Tsumma naudzu billahi mindzalik...


Baik...


Saya lanjut tentang diskusi semalam di kelas Bunda Sayang  IIP


Semalam, kelompok yang tampil presentasi adalah kelompok 5; Bunda Mandiri. Terdiri dari Bunda Siti Fatimah, @⁨Firdausiah Adinta⁩  , @⁨Bunda Nophie⁩dan @⁨Febrina Primaswari M⁩. Judul yang diangkat adalah Menjawab Peran Ibu sebagai Pendidik Fitrah Seksualitas Anak.


Berikut materi yang mereka berhasil sampaikan...


Definisi


*Apa itu fitrah seksualitas?*


Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir dan bertindak sesuai fitrahnya sebagai perempuan sejati atau laki-laki sejati.


*Seberapa penting untuk dibangkitkan?*


Sangat penting! Kematangan fitrah seksualitas akan membentuk anak menjadi perempuan sejati atau laki-laki sejati dan menghindarkannya dari penyimpangan seksual. Fitrah seksualitas yang tidak matang, ditambah dengan pemahaman kedudukan gender yang salah, akan menimbulkan banyak masalah.


Kenapa Ibu?


*Kenapa Ibu?*


-madrasah pertama bagi anak

-cenderung lebih dekat dengan anak

-kegagalan pendidikan seks salah satunya disebabkan sikap ibu yang menganggap pendidikan seks sebagai tabu.


Menjadi pendidik seksualitas bagi anak tidaklah mudah namun sesulit apapun haruslah dimulai dan orangtualah yang harus menjadi buku pintar pertama bagi mereka. Terutama bagi seorang ibu yang notabene lebih dekat dengan anak-anak. Buanglah belenggu tabu dan saru. Pertanyaan yang tak pernah terjawab akan membuat anak makin ingin mencoba. Jadilah pendidik pertama bagi keinginantahuan mereka tentang dunia seksualitas. Jangan biarkan mereka mencari buku pintar di luar sana karena terabaikan oleh kita sebagai ibunya.


*Beberapa poin yang perlu diperhatikan sebagai berikut:*


*1. Pendidikan seks dilakukan tidak harus membutuhkan forum khusus atau kejadian khusus*

Idealnya, pendidikan seks dilakukan sejak dini, yaitu di rumah. Pendidikan seks ini tidak mungkin dilakukan secara borongan, tetapi harus dicicil sedini mungkin. Orang tua harus proaktif terlibat penuh dan tidak harus selalu menunggu anak bertanya. Untuk mencicilnya orang tua harus waspada pada setiap tahap perkembangan anak. Yang dimaksud pendidikan seks di sini bukan saja hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual, namun hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan seks.

Contoh:

a) memberikan pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin anak  secara tidak langsung mengedukasi anak tentang perbedaan jenis kelamin

b) saat memandikan balita, orang tua dapat sekaligus memberitahukan tentang tumbuhnya rambut lain di bagian tubuhnya dan perlunya menjaga kemaluan dan bagian-bagian penting tubuhnya

c) orang tua tidak berganti pakaian di depan anak

d) menyosialisasikan kepada anak dan keluarga tentang area privat dan area bersama. Misalnya, tidak membiasakan anak keluar kamar mandi dengan telanjang

e) orang tua harus selangkah lebih maju daripada anak. Misalnya, Ayah bertugas menjelaskan mimpi basah kepada anak laki-laki dan ibu bertugas menjelaskan tentang menstruasi kepada anak perempuan.


*2. Tumbuhkan Penghargaan terhadap Diri Anak*

Jika anak mempunyai kemampuan besar menghargai dirinya sendiri, dia tidak akan mau jika ada orang yang bukan mahram menyentuh dia seenaknya. Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan orang tua menghargai anaknya.


*3. Menyikapi dengan Tenang dan Kontrol Diri Penuh Setiap Pertanyaan yang Berkaitan dengan Seks*

Jika pertanyaan anak makin banyak dan mengarah pada sistem reproduksi, orang tua harus bijaksana dalam merespons, hindari menyikapi secara panik atau marah. Hal ini akan membuat anak berpikir dua kali untuk menuntaskan rasa penasarannya. Segera jawab pertanyaan anak saat itu juga dan kaitkan dengan agama. Jika tidak siap, jawaban bisa ditunda tetapi janji untuk menjawab harus ditepati.


*4. Melakukan Cross Check Pemahamannya dengan Hal yang Ditanyakan*

Setelah tenang, gali lebih dalam sejauh mana anak tahu tentang apa yang dia tanyakan, dengan cara bertanya kembali. Hal ini untuk mengukur selebar apa jawaban orang tua terhadap anak. Jangan jangan si anak lebih tahu tetapi mereka cuma ngetes.


*5. Biasakan Menggunakan Bahasa Ilmiah untuk Menjelaskannya*

Hal yang membedakan pendidikan seks dengan pornografi salah satunya adalah penggunaan bahasa ilmiah dalam menjelaskannya. Kita seringkali mendengar beberapa istilah pengganti alat-alat reproduksi, seperti burung untuk alat kelamin laki laki, nenen untuk payudara perempuan. Ajarkan anak menyebut kemaluan seperti dalam Al Qur'an. Atau dengan istilah ilmiah. Misalnya, vagina untuk ‘dompet’, penis untuk ‘burung’, menstruasi untuk 'dapet’.


*Media edukasi*


1) Buku

Ada banyak buku anak yang bisa dijadikan pegangan untuk mengajarkan fitrah seksualitas dan pendidikan seksualitas pada anak.


2) Lagu

Lagu lebih mudah lekat dalam ingatan karena dinyanyikan berulang-ulang. Lagu-lagu pada link berikut dapat menjadi referensi lagu untuk pendidikan seks sejak dini.


Dari saya:

*Oh ya... bagi yang memahami musik haram, maka bisa mengganti media ini dengan yang lain...*


3) Video

UNICEF Indonesia membuat dua video animasi berjudul "Kisah Si Aksa" (laki-laki) dan "Kisah Si Geni" (perempuan). Isinya mendidik anak tentang apa yang harus dilakukan anak untuk menghindar dari kekerasan seksual dan menginformasikan orang tua tentang layanan bantuan yang dapat dihubungi:

"Kisah Si Aksa"

https://youtu.be/oqNyOoX-4e4

"Kisah Si Geni"

https://youtu.be/5eM1U6PXyZk


4) Dongeng/Kisah

Orang tua dapat berkisah atau mendongeng tentang hal-hal yang berkaitan dengan penjagaan diri, pendidikan seksualitas, dan fitrah seksualitas.


*Gejala Pelecehan Seksual*

1) perhatikan perubahan perilaku pada anak (biasanya anak menarik diri, lebih agresif, tiba-tiba manja, sering mengompol, susah tidur)

2) perhatian apakah ada masalah kesehatan yang muncul (anak merasa nyeri pada kemaluan dan dubur, ada bercak darah, kesulitan berjalan, atau susah duduk)

3) perhatikan apakah anak menghindari seseorang

4) perhatikan apakah anak menperlihatkan perilaku atau pengetahuan tentang seks yang tidak sesuai dengan umur mereka, termasuk melakukan hal yang sama kepada anak lain.


*Bagaimana jika anak menunjukkan tanda pelecehan seksual? Apa yang harus kita lakukan?*


1. Tenang, jangan panik


2. Selidiki, tanyakan pada anak rangkaian peristiwa yang dialaminya


3. Sebelum bertanya, pahami psikologi anak. Pahami ketakutan anak setelah mengalami pelecehan seksual. Anak mungkin takut orang tua tidak percaya, marah, dan balik menyalahkan dirinya atau pelaku akan menyakiti dirinya atau keluarganya.


4. Peka terhadap kemampuan anak mengungkapkan peristiwa pelecehan seksual berdasarkan usianya:

a) bayi (0—18 bulan)

belum dapat mengungkapkannya sendiri, hanya bisa dibuktikan oleh saksi mata, pelaku yang mengaku, ada tanda penyakit menular seksual atau jejak sperma saat dilakukan pemeriksaan.

b) batita (18—36 bulan)

merupakan kelompok yang paling umum dianiaya. Karena komunikasi mereka masih terbatas, mereka tidak bisa melaporkannya sendiri. Mereka mungkin meniru tindakan seksual dengan tubuh mereka sendiri, dengan anak lain, atau dengan boneka.

c) balita (3—5 tahun)

juga kelompok yang umum dianiaya untuk kekerasan fisik dan seksual. Kemampuan memberikan kesaksian masih terbatas, masih sulit mengonsep pikirannya, dan cenderung berkata “tidak tahu”.

d) usia SD (6—9 tahun)

mereka sudah mampu menceritakan peristiwa dengan lengkap dan tahu bahwa apa yang mereka alami adalah sesuatu yang buruk. Namun, rasa takut, bingung, malu membuat mereka berbohong. Mereka mampu menyembunyikan fakta tersebut dengan cara lebih meyakinkan dan mampu menjaga rahasia terhadap kekerasan seksual yang dialaminya.

e) masa pubertas (9—13 tahun)

Bukan hanya merasa tidak nyaman dengan pelecehan seksual, mereka juga sadar akan apa yang telah dialami tubuhnya. Hormon yang berkembang akan membuat mereka frustrasi, kemungkinan terburuknya bisa mengacu pada penyalahgunaan narkoba dan seks bebas.

f) remaja (13 tahun ke atas)

mereka sulit menerima kenyataan bahwa mereka membutuhkan bantuan karena mereka menjunjung tinggi kebebasan dan tidak ingin menggantungkan diri kepada orang tua secara emosional. Kemungkinan terburuknya adalah berperilaku agresif, gagal dalam sekolah, pergaulan bebas, narkoba, dan bunuh diri.


*Cara berbicara pada anak untuk menggali kemungkinan pelecehan seksual*


1) pilih waktu dan tempat dengan hati-hati 

2) jaga nada bicara santai

3) berbicara secara langsung dengan anak

4) dengarkan dan tindak lanjuti jawaban anak

5) hindari menghakimi dan menyalahkan anak

6) yakinkan anak bahwa mereka tidak bersalah

7) bersabar.


*Setelah anak mengakui pelecehan seksual, apa yang kita lakukan?*


1) tetap tenang

2) percaya pada apa yang dikatakan anak

3) kembalikan rasa aman pada anak

4) jangan biarkan anak menyalahkan diri sendiri

5) hati-hati mengekspresikan kemarahan

6) minta bantuan ahli.


*Referensi:*


Alodokter.com. "Menyelidiki Pelecehan Seksual pada Anak" (online) (https://www.alodokter.com/menyelidiki-pelecehan-seksual-pada-anak)

Gejala


Bomantama, Rizal. 2017. "Kekerasan Seksual Dominasi Kekerasan terhadap Anak di Tahun 2017" (online) (https://www.google.co.id/amp/m.tribunnews.com/amp/nasional/2017/12/27/kekerasan-seksual-dominasi-kekerasan-terhadap-anak-di-tahun-2017)


Nadlir, Moh. 2018. "Awal 2018, Tren Kekerasan Seksual terhadap Anak Laki-Laki Naik" (online) (https://nasional.kompas.com/read/2018/02/01/21041771/awal-2018-tren-kekerasan-seksual-terhadap-anak-laki-laki-naik)


news.okezone.com. 2016. "KPAI Catat Pelecehan Seksual Dialami Anak Capai 58%" (online) (https://news.okezone.com/read/2016/01/22/337/1294743/kpai-catat-pelecehan-seksual-dialami-anak-capai-58#lastread)


Samiadi, Lika Aprilia. 2017. "Jika Anak Menunjukkan Tanda-Tanda Pelecehan Seksual" (online) (https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/jika-menemukan-tanda-pelecehan-seksual-anak/amp/)


voaindonesia.com. 2016. "Survei: 93% Kasus Pemerkosaan di Indonesia Tidak Dilaporkan" (online) (https://www.voaindonesia.com/amp/survei-93-persen-pemerkosaan-tidak-dilaporkan/3434933.html)


Wening, Bunda. 2017. Menjadi orang tua yang asyik. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri


Saya?


Alhamdulillah... Dengan membaca dan diskusi, saya bisa lebih tahu, ada begitu banyak hal yang harus saya siapkan untuk Hafshoh. Selama ini, saya merasa belum siap mengajarinya pada beberapa hal yang tidak sengaja dia tanyakan. Misalnya,


"Umi... kalau hewan menikah juga kah?"


Kalau bukan dari orang tua, maka ilmu dari luar yang belum tentu disaring dengan baik lebih berbahaya.


Mencari kosakata yang pas dan sesuai umurnya, adalah cara terbaik dengan tidak membohonginya.


Sekian


Wa Saripah


#LearningbyTeaching

#IIPSulawesi

#BundaSayang

0 Comments